BIMA adalah salah satu daerah di Indonesia penghasil bawang merah. Jika ditelusuri secara historis, bawang merah dari daerah Bima telah memenuhi pasar-pasar serta pelabuhan dagang di Nusantara sejak lama. Di kawasan timur Nusantara seperti Maluku dan sekitarnya menjadi tempat bawang merah dari Bima di pasarkan.Â
Daerah Bima memang di kenal merupakan daerah yang panas. Mungkin faktor alam ini menjadikan bawang merah dari daerah ini memiliki kekhasan sendiri jika di bandingkan dengan bawang merah dari daerah lain di Nusantara. Bahkan panen bawang merah di Bima tidak mengenal musim tanam, sebab masyarakat tidak harus menunggu bulan tertentu baru memasuki musim tanam dan musim panen. Sebab, masyarakat Bima sudah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk sektor pertanian bawang agar tetap bisa berproduksi tanpa harus bergantung pada kondisi alam.Â
Di beberapa kecamatan seperti kecamatan Woha di Bima, hampir semua lahan di penuhi tanaman sayur-sayuran terlebih bawang merah terhampar di lahan warga. Dengan menggunakan sistem bor air yang langsung di lahan  pertanian, memudahkan persediaan air yang cukup untuk mengairi lahan pertanian.Â
Beberapa kali pembicaraan dengan mereka, saya kadang ikut terharu karena upahnya selain untuk kebutuhan makan setiap hari, juga dipergunakan membeli sesajen untuk keperluan peribadatan keagamaan. Bahkan, ada seorang ibu yang biasa saya panggil dengan sebutan Nyoman, meminta kepada saya, kalau nanti saya kembali ke Bali lagi dan punya usaha sendiri kiranya dirinya siap dipekerjakan. Mendengar pernyataannya, saya hanya bisa tersenyum, dan mengatakan Aamiin di depannya.Â
Kini, ketika berada di Desa Tenga, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, Kamis, 20 Agustus 2020, saya merasakan bagaimana cara memanen bawang merah, setelah diminta membantu tetangga untuk memanen bawangnya yang tak jauh dari kampung.Â
Di bawah terik matahari pagi, saya menyungkil akar-akar bawang dari alat mirip sendok, agar bawang merah terangkat, kemudian di pekerja lain mengumpulkannya di tempat yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan beberapa bedeng bawang, dikerjakan beberapa orang, baik dengan sistem upahan maupun dengan sistem saling membantu satu sama lain jika sama-sama memiliki lahan  pertanian bawang merah.Â
Jika bekerja dengan sistem upahan, para pekerja hanya bekerja hingga pukul 11.00 pagi, dengan upah Rp. 60.000,-. Namun selebihnya tergantung kesepakatan antara pemilik lahan  dengan pekerja sendiri. Karena kadang pekerja hanya diupah dengan bawang merah yang nanti bisa dibawa pulang, atau kadang pula hanya datang untuk membantu saja.Â
Saya sendiri tidak terbiasa memanen bawang merah, karena di kampung saya di Dompu, umumnya masyarakat dan orang tua saya terbiasa menanam padi, kacang tanah dan jagung. Sehingga ketika diminta untuk memanen bawang merah, saya menyatakan kesedian penuh semangat karena penasaran bagaimana cara memanen bawang merah.Â