BELUM satu pekan saya berada di desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat. Ada hal yang menarik saya jumpai dan saya rasakan selama tinggal di desa yang berada di kaki gunung Rinjani ini. Setiap menyambangi rumah warga, saya selalu disuguhkan dengan segelas kopi hitam. Gratis pula. Enaknya.
Saya sebenarnya bukan pecinta kopi kelas berat. Saya tidak punya riwayat pagi-pagi harus minum kopi seperti orang-orang tua di kampung yang harus menyeruput kopi setelah terang tanah. Bagiku, minum kopi bukanlah suatu keharusan. Kalau ada syukur, tidak ada pun bukan masalah. Apa lagi mencari masalah pada orang yang banyak masalah.
Â
Setelah berada di kampung, hanya orang tuaku yang terbiasa minum kopi. Pagi sebelum beraktifitas, orang tuaku sering ku lihat menyeruput kopi hitam hasil olahannya sendiri. Bahkan ketika beranjak ke sawah atau mengambil kayu bakar di gunung, bapak selalu membawa satu botol kopi ukuran 600 ml. Dan ketika itu, saya tidak pernah ikutan-ikutan minum. Saya khawatir ketagihan, dan persediaan kopi di rumah bisa cepat habis.
Namun demikian, kedatangan saya kebetulan bertepatan dengan di panennya kopi oleh beberapa warga. Bahkan ketika saya jalan-jalan di sekitar rumah adat desa Senaru, terlihat beberapa warga sedang menjemur biji kopi di pekarangannya. Bahkan saya pun berkesempatan ikut menemani salah seorang warga memetik kopi di kebunnya. Saya merasakan kepuasaan tersendiri, pada saat memetik buah kopi di pohonnya. Karena ini pertama kali saya lakukan.
Memang saya menyadari bahwa setiap menikmati kopi di beberapa rumah yang saya kunjungi memiliki aroma dan rasa yang beragam. Namun lewat kesempatan berbincang dengan beberapa orang yang kutemui, bahwa rasa kopi sangat ditentukan oleh jenis dan cara memprosesnya. Ternyata setiap jenis kopi memiliki rasa yang tak sama. Seperti penjelasan salah seorang warga yang bernama Nursaat. Nursaat memiliki tiga jenis kopi di kebun miliknya, di antaranya kopi arabika, robusta dan plung. Dari ketiga kopi itu, menurutnya kopi arabika yang paling di minati dan dicari oleh pecinta kopi.
Dari Nursaat, saya belajar memahami tentang kopi yang tidak hanya melulu mengenai rasa, aroma, Â brand, label dan keuntungan finansial. Tapi kopi lebih dari itu, yakni menjadi medium silaturahmi dan memperbanyak relasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI