BELAKANGÂ ini mulai marak tulisan mengenai para jomblo. Saya sendiri tidak dalam posisi membela para jomblo atau berpihak kepada mereka yang memiliki perhatian terhadap para jomblo yang belum mampu menemukan tambatan hatinya.
Hanya saja yang saya khawatirkan adalah, ketika para jomblo ini naik pitam. Ketika habitatnya terganggu, maka sangat mungkin mereka merusak pintu pos 1, dan ini sangat berbahaya. Saya tidak bisa membayangkan para jomblo menerabas semua lapisan pos. Jika ini terjadi, mungkin dunia akan mendekati kiamat.
Namun perhari ini, saya masih bersyukur. Sejauh pantauan saya di dunia maya, belum ada respon dari para jomblo untuk menjawab dan menyikapi tulisan-tulisan tersebut. Dalam  kondisi seperti ini, akan banyak interpretasi yang bisa muncul. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Karena yang namanya mengganggu habitat suatu kaum, tentu akan sangat berbahaya jika tidak dengan kehati-hatian tingkat tinggi.
Kemungkinan pertama, para jomblo merasa tidak terganggu dengan tulisan-tulisan yang dialamatkan pada kaumnya. Mungkin akan ada saatnya status jomblo ini pecah telur. Jadi dalam hal ini, tidak perlu terlalu membuang banyak energi jika ada yang mengusiknya. Toh pada kenyataannya akan selalu ada bidadari yang menunggu di ujung hari.
Kemungkinan kedua, akan ada waktu yang tepat untuk menyerang balik para pengganggu habitat jomblo. Ketika taiminnya tepat, maka semesta akan tahu bahwa kaum jomblo memiliki kekuatan daya ledak ala bom atom Hirosima Nagasaki.Â
Nanti semua akan tersentak, bahwa kekuatan para jomblo tidak bisa dianggap remeh. Apa lagi dilihat sebelah mata, terlebih yang punya mata. Dalam hal ini persiapan serta metode yang tepat, sangat diperhitungkan matang-matang sebelum mengusik para penghuni pos 1 dan 2.
Kemungkinan ketiga, tetap memperkuat tameng, dengan beralibi dan teori cocologi untuk menangkis argumentasi para penghuni pos 1 dan 2. Bahwa ada banyak alasan untuk menguatkan kenapa para penghuni habitat jomblo untuk tidak beranjak ke status yang lain. Salah satu dalil yang bisa menguatkan itu adalah, bahwa jodoh di tangan tuhan.
Demikian analisis abal-abal dari pemerhati masalah jomblo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H