Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cintailah dalam Kepantasan, Karena Esok Masih Menyisakan Harapan

22 Juli 2020   09:18 Diperbarui: 22 Juli 2020   09:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAGI ini mentari bersinar terang menyapa semesta. Tak terlihat awan berarak di punggung gunung di belakang kampung. Para petani beriring berjalan melewati jalan setapak memulai hari untuk berkerja di sawah. 

Seorang ibu menggendong bayinya, sambil menenteng peralatan pertanian. Sedangkan sang suami mendampingi, menjaga agar memastikan semuanya baik-baik saja.

Dari kejauhan beberapa siswa sekolah terdekat, berjalan menyusuri jalan sambil cengkrama dan sesekali cekikikan. Kendaraan melintas begitu jelas terlihat, mulai meramaikan jalanan pagi ini. Senyum sapa bunga yang bertengger di depan rumah warga, menandakan semua masih bernafas dan memulai lembaran baru.

Semua bermula di pagi ini. Semua penghuni semesta melanjutkan kehidupannya. Yang bertahan, karena umur masih di beri panjang oleh sang kuasa. Sedangkan yang pergi dan yang kembali masa hidupnya telah terhenti. Kehidupan hanya persinggahan sesaat, semuanya akan berlalu dan pergi ketika tiba waktunya.

Semesta adalah tempat pertemuan yang pasti berakhir. Semua datang dan pergi merupakan suatu keniscayaan. Semua terganti, setelah yang lain pergi. Semua mendapat tempat yang sama dengan cara menjalaninya yang berbeda. Tak ada yang abadi karena esok hanya menyisakan cerita.

Kehidupan adalah anugerah yang pantas disyukuri. Sebab, saat semua penghuni semesta masih diberikan kesempatan untuk mawas diri terhadap yang pernah dijalani. 

Ucapkan maaf jika khilaf pernah diperbuat, dan meyakinkan diri untuk terus berbenah. Karena hidup adalah rangkaian kekhilafan yang mesti untuk di benahi.

Pelajaran hidup bisa datang karena dirasakan, dialami, didengar, dan pernah diceritakan. Karena tak ada yang datang dengan kesempurnaan, sekali pun utusan sangat khaliq. Mereka dibimbing, diarahkan untuk menjadi contoh dan panutan bagi semesta.

Jalanilah hidup dengan semestinya menjalani. Semua keputusan bermula pada terbesitnya pikiran dan suasana batin yang sejuk. Buatlah kalbu terasa tenang agar semua jalan hidup lahir dari pilihan yang bijak.

Pagi ini, tetaplah tersenyum, karena hari adalah milik mereka yang merasa yakin dengan apa yang dijalaninya. Mungkin akan terjatuh, tapi itu akan menjadi penguat kala lelah dan letih datang menghampiri. Cintailah dalam kepantasan, karena esok masih menyisakan harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun