SEPAK bola merupakan olahraga sejuta umat. Walaupun familiar dimainkan oleh kaum Adam, juga sangat digemari kaum Hawa.
Permainan yang mengejar dan menendang bola ini telah menghipnotis banyak kalangan. Seseorang bisa bergadang semalam suntuk, hanya untuk menonton kesebelasan yang digemarinya. Sepak bola bukan hanya milik komunitas atau negara tertentu, tapi sudah menjadi milik warga dunia.
Hari ini, Minggu sore 5 Juli 2020, saya datang untuk menyaksikan penyelenggaraan bola mini dan bola dangdut di lapangan sepak bola desa Daha, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Sebelum pertandingan dimulai, sesuai adat dan kebiasaan pertandingan bola di masyarakat pedesaan, terlebih dahulu diawali dengan acara pembukaan.
Walaupun berlainan desa, saya datang mencoba nimbrung di antara jajaran kepanitiaan, duduk di bawah tenda menyaksikan sambutan-sambutan. Mulai  dari sambutan ketua panitia hingga dibuka secara resmi oleh kepala desa setempat.Â
Dalam sambutan tersebut, saya menangkap tentang pentingnya solidaritas, kebersamaan, kekompakan serta dukungan dari semua stakeholder dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang diberi tema 'Daha Cup II'.
Setelah acara sambutan selesai, pluit panjang dari salah seorang wasit sambil memberikan arahan kepada seluruh pemain dan ofisial kedua kesebelasan, tanda bahwa pertandingan akan segera dimulai.Â
Sedari awal masyarakat yang di dominasi kalangan ibu-ibu ini, yang sebelumnya duduk beberapa meter dari lapangan, berbondong-bondong memadati pinggir lapangan.
Kelompok suporter ini sengaja datang untuk memberi dukungan yang luar biasa kepada anak-anak mereka yang bermain.
Sebelum acara pembukaan saja, sayup-sayup terdengar kelompok suporter ibu-ibu ini, sudah ngomel-ngomel kenapa pertandingan belum saja di mulai. Mereka duduk berkelompok-kelompok, dan nampaknya sesuai dengan kesebelasan mana yang mereka dukung.Â
Sambil ngobrol satu sama lain, saya menyaksikan dari jarak yang tak terlalu jauh, beberapa ibu-ibu ini memberikan semangat kepada buah hatinya dengan merapikan baju, memegang tangan, dan bahkan berteriak kepada beberapa pemain yang seluruhnya anak-anak yang berlarian di sekitar lapangan untuk melakukan pemanasan, sembari  menunggu pertandingan dimulai.