Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi, Mempererat Persaudaraan, Menghangatkan Persahabatan, dan Memupuk Semangat Perjuangan

1 Juli 2020   16:15 Diperbarui: 1 Juli 2020   16:06 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Pada Saat Ikut LK II FIB-UNHAS


KETIKA malam menyapa, sekumpulan anak muda berkumpul dan berdiskusi sambil menyeruput kopi di kedai Dae Rul Cambera, Desa Marada, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu. 

Malam bisa saja terasa dingin karena hembusan angin menyapa kulit anak-anak muda yang duduk dengan sejuta ide dan gagasan yang menyeruak di permukaan. Tapi, akan tetap terasa hangat karena kopi selalu menemani dalam suasana persahabatan. Ide dan gagasan itu kadang berbenturan dan menemukan keharmonisan untuk menyapa semesta.

Kopi menjadi minuman yang menghangatkan perjumpaan. Aromanya meraba hidung setiap yang hadir, menjadi tameng bagi dinginnya malam, dan memberikan spirit pada kehangatan dalam perjumpaan.

Kopi tidak saja dilihat dalam dimensi kebutuhan ekonomis. Tapi punya sejarah penting dalam dimensi sosial dan politik. Kehadiran-nya meruntuhkan kekuasaan dan menghadirkan perubahan besar umat manusia.

Jika ditelisik secara historis, kopi telah memainkan peran penting di masa sebelum revolusi Prancis dan Revolusi Industri di Inggris. Di Inggris, pada tanggal 29 Desember 1675, Raja Inggris Charlles II, pernah melarang warganya untuk meminum kopi di kafe-kafe. Sebab, di kafe-kafe itulah rakyat Inggris berkumpul dan membahas banyak topik, terlebih mencanangkan perjuangan untuk meruntuhkan feodalisme.

Dokpri. Pada Saat Ikut LK II FIB-UNHAS
Dokpri. Pada Saat Ikut LK II FIB-UNHAS
Di Prancis, seorang filsuf sekaligus politikus terkenal bernama Voltaire dapat menghabiskan kopi dicampur cokelat sebanyak 40 gelas perharinya. Menurutnya, dengan meminum kopi, otaknya bisa encer dan melahirkan banyak ide serta gagasan untuk memikirkan banyak hal. 

Revolusi Prancis 1789, tidak bisa sepenuhnya dilepaskan keberadaan kafe-kafe yang menyediakan kopi bagi rakyat Prancis. Di kafe-kafe itulah tersemai ide para pejuang revolusi, yang sudah lelah dengan bobroknya peringai para penguasa feodalisme.

Di Indonesia, di masa sebelum Reformasi meletus, kita banyak mendengar kisah aktivis yang sering nongkrong di kedai-kedai kopi untuk memperbincangkan banyak hal, termasuk menyangkut aspek sosial dan politik. 

Walaupun di masa itu, para aktivis tidak leluasa untuk saling menyambangi karena kontrol yang begitu ketat oleh rezim Orde Baru. Namun, tidak menutup sepenuhnya ruang bagi aktivis pergerakan untuk saling bertukar ide perjuangan. Hingga kini, di kedai-kedai kampus menjadi tempat favorit bagi para aktivis untuk bersua sambil menyeruput kopi.

Saya teringat di masa menjadi mahasiswa di kampus merah kota Makassar. Ketika pertama kali menjadi mahasiswa, saya cukup sering menyaksikan  senior dan dosen duduk di warung-warung kampus, sambil berdiskusi dan menyeruput kopi. 

Bahkan  dalam rapat-rapat lembaga, kopi menjadi minuman yang tak tergantikan. Bahkan, beberapa orang bisa bergantian meminum kopi walaupun yang tersedia hanya satu gelas. Nilai persaudaraan pun kadang diukur dari kekompakan meminum satu gelas kopi dalam suatu pertemuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun