MEMILIH memburu informasi bisa disimpulkan gampang-gampang susah, kadang senang, kadang pula menyedihkan.
Karena kondisi lapangan tidak bisa diprediksikan secara pasti. Dalam kondisi tertentu seseorang yang di interview merasa senang jika dimintai  untuk menjelaskan sesuatu, namun kadang pula ada yang merasa keberatan dan menolak jika mintai untuk diwawancarai.
Memilih jalan menjadi seorang jurnalis, sama saja memilih jalan yang menantang, dan penuh resiko. Seorang jurnalis akan berpapasan dan berhadapan dengan kondisi yang berbeda ketika berada di lapangan. Dibutuhkan nyali serta mental yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Apa lagi jika ingin mewartakan sesuatu yang menuai pro kontra, seperti kasus pertanahan, pertambangan dan memasuki daerah-daerah konflik.
Meliput daerah yang rawan seperti itu, tentu mengandung resiko yang cukup besar. Namun, ada kepuasan tersendiri jika tugas dapat ditunaikan dengan baik. Apa lagi informasi yang disampaikan ke publik, adalah sesuatu yang sangat mereka butuhkan, tentu ada kebahagian yang meliputi seluruh jiwa dan raga.Â
Selain resiko yang kadang menghantui perasaan saat meliput, tapi kadang kala ada sesuatu yang bisa menyenangkan jika bersua dengan nara sumber yang kooperatif.
Menurut hemat penulis, salah satu hal yang menyenangkan menjadi seorang jurnalis ialah, banyaknya relasi di banyak tempat. Mulai dari tukang ojek sampai level pejabat. Seorang jurnalis bisa memposisikan diri dalam keadaan apapun dan bahkan dalam situasi apapun serta kepada siapapun.
Hampir semua tempat bisa dijadikan ruang peliputan, dan dalam keadaan demikian akan banyak mengenal sang jurnalis. Dalam situasi tertentu ia terlihat bersama seorang nelayan, namun dalam situasi yang lain ia bisa pula dengan seorang pejabat. Nampaknya ia seperti bunglong yang bisa menyesuaikan diri pada keadaan apapun.
Namun, perjalanan seorang jurnalis tidaklah seindah kisah klasik di sekolah. Sudah menjadi rahasia umum, banyak kasus yang menimpa mereka-mereka yang memilih hidup menjadi seorang jurnalis, baik kasus pembredelan kantornya, tuduhan pencemaran nama baik oleh seorang pejabat, sampai kasus pembunuhan yang bisa kapanpun menimpanya.Â
Di negeri yang mendewakan demokrasi ini, semestinya mampu memberikan jaminan keamanan kepada mereka yang berburu informasi demi melegakan publik yang sedang haus akan informasi.
Jaminan terhadap jurnalis mestinya tidak hanya mengatakan bahwa, media merupakan salah satu pilar demokrasi, tetapi harus mampu diejahwantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar bumi nusantara ini dapat tercerahkan oleh data dan fakta yang diwartakan oleh sang jurnalis.
Menjadi jurnalis merupakan jalan untuk mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi walaupun di ketiak pejabat kalipun. Ia harus mampu menjaga integritas, serta idealisme yang ia emban kemanapun kakinya melangkah. Ia harus mampu menjaga diri untuk tidak silau dengan onggokan rupiah yang bisa menggoyahkan keyakinannya. Sebab, padanya semesta menunggu di meja informasi yang ia hidangkan.Â
Seorang jurnalis harus mampu memberikan menu informasi yang bernilai edukasi, aktual, dan mencerdaskan anak negeri, supaya publik tidak terperangkap informasi yang tidak hanya hoax tapi juga menyesatkan umat.Â