JEPANG merupakan negara Asia, yang pernah melakukan kolonialisme di kawasan Asia Pasifik. Dan Indonesia merupakan salah satu negara bekas jajahan Jepang di kawan Asia Tenggara.Â
Sejak jatuhnya Perl Harbour, pangkalan militer Amerika Serikat di kepulauan Hawai yang diluluh lantahkan oleh pesawat-pesawat Jepang. Maka, Jepang dengan sangat cepat, dan mudah menduduki Indonesia.Â
Namun, kekuasaan Jepang tidak bertahan lama, setelah kota Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh Sekutu tahun 1945. Kemudian Jepang kalah tanpa syarat. Sehingga tahun 1945, menjadi cikap bakal Indonesia merdeka, dan akhirnya mampu melepaskan diri dari cengkraman kolonialisme.Â
Walaupun Jepang menjajah hanya 3,5 tahun, namun Jepang meninggalkan banyak kenangan bagi rakyat Indonesia, salah satunya adalah Goa yang dijadikan sebagai benteng pertahanan militernya, selama berpijak di Bumi Nusantara.Â
Di dekat areal pantai Lakey Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, terdapat Goa Jepang yang tidak jauh dari jalan raya. Keberadaan Goa Jepang ini sekitar satu kilometer dari pantai tempat surfing.Â
Untuk bisa sampai di Goa Jepang, pengunjung bisa naik motor bahkan  jalan kaki menyusuri jalan setapak dari arah jalan raya. Sesampainya di kaki gunung, pengunjung kemudian menapaki anak tangga untuk sampai ke mulut Goa.Â
Jika pengunjung ingin masuk di dalam Goa, sekiranya harus membawa senter atau alat penerang agar bisa melihat dinding-dinding Goa dan menyusurinya hingga ke utara.Â
Tidak banyak sumber tertulis mengenai ihwal tentang keberadan Goa Jepang di Kecamatan Hu'u. Namun, pada tahun 2011, penulis melakukan interview mendalam terhadap pelaku sejarah, yang hidup di masa Pendudukan Jepang.Â
Beliau bernama Abdurahman (alm), seorang warga yang tinggal di Desa Daha, Kecamatan Hu'u. Bapak Abdurahman adalah salah satu warga Kecamatan Hu'u yang merasakan kehidupan pada masa pendudukan Jepang. Tentara Jepang ini datang dari arah laut, dan juga dari arah utara yakni Dompu.Â
Bapak Abdurahman menuturkan tentang tentara dai Nippon ini dengan penuh semangat. Pada awal kedatangannya tentara dai Nippon sangat baik kepada warga desa, mereka menyapa, mereka jalan-jalan di gang-gang kampung hanya untuk menyambangi penduduk kampung.Â
"Saya dan beberapa warga desa ikut senang ketika itu, karena tentara dai Nippon sangat baik kepada kami, mereka kadang membantu beberapa kegiatan yang kami lakukan di perkampungan. Mata mereka sipit, kulitnya putih, dan sangat sering menenteng senjata kemana-mana, bahkan atasannya selalu membawa samurai di lengangnya". Ujar Bapak Abdurahman