Mohon tunggu...
supysup
supysup Mohon Tunggu... Tutor - profesi sebagai sraf pengajar

Hobi jalan-jalan dan konten pada pebuatan artikel pada bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Kekuasaan dalam Pendidikan

16 Desember 2024   16:54 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:54 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masalah  kekuasaan  sangat  menarik  terutama dalam Masyarakat modern. Boleh dikatakan seluruh   aspek   kehidupan   manusia   diliputi   oleh pegaruh  kekuasaan.  Dalam  kehidupan  sehari-hari kita  diatur  oleh  berbagai  jenis  kekuasaan,  seperti kekuasaan  meliter,  kekuasaan  ekonomi,  kekuasaan politik  dan  macam-macam  kekuasaan  lainnya.  Di antara   berbagaai   jenis   kekuasaan   itu   biasanya kekuasaan  politik  dianggap  sangat  menonjol  dalam kehidupan manusia modern.    Tetapi    kekuasaan politik hanyalah merupakan sebagian dari apa yang disebut  kekuasaan  sosial (social  power). Seorang pakar   sosiologi,   Gianfranco   Poggi   membedakan kekuasaan   sosial   menjadi   tiga   jenis,   yaitu:   1) kekuasaan  politik,  2)  kekuasaan  ekonomi,  dan  3) kekuasaan normatif atau ideologi.

Dalam masyarakat modern pendidikan bukan lagi urusan keluarga, pendidikan telah  menjadi  rebutan  partai-partai  politik,  serta menjadi   perdebatan   para   akademisi   yang   peduli terhadap    kemajuan    pendidikan    suatu    bangsa. Proses  pendidikan  yang  sebenarnya  adalah  proses pembebasan dengan kemampuan kemandirian atau memberikan  kekuasaan  kepadanya  untuk  menjadi individu. Pemberian kekuasaan ini atau empowermentmerupakan    ciri    dari    pendidikan transformatif.  Proses  individualisasi  hanya  terjadi melalui   partisipasi   dalam   kehidupan   masyarakat berbudaya. Kekuasaan dalam pendidikan bersifat kekuasaan  yang  transformatif.  Tujuan  ialah  dalam proses  terjadinya  hubungan  kekuasaan  tidak  ada bentuk  subordinasi  antara  subjek  dengan  subjek yang   lain.   Kekuasaan   yang   transformatif   bahkan membangkitkan refleksi, dan refleksi tersebut menimbulkan aksi.  

Setidaknya ada empat masalah yang berkenaan erat dengan pelaksanaan pendidikan berdasarkan kekuasaan, yaitu: (1) Domestifikasi dan stupidifikasi. Proses  domestifikasi  dalam  pendidikan  dapat dilihat  pada  bagaimana  sekolah,  peserta  didik,  dan para   guru   harus   dijalankan   proses   pendidikan sesuai   petunjuk-petunjuk,   baik   yang   digariskan oleh   penguasa   ataupun   petunjuk-petunjuk   yang dibuat  oleh  lembaga  pendidikan  itu  sendiri.  Baik guru   maupun   peserta   didik   mengikuti   berbagai peraturan   yang   telah   dirumuskan,   mempelajari bahan  pelajaran  buku  teks  yang  tersedia,  jenjang pendidikan   yang   telah   ditentukan,   dari   tingkat pendidikan  dasar  sampai  pendidikan  tinggi.  (2) Indoktrinasi. Proses pendidikan mengenal kekuasaan dalam pengertian  yang  berorientasi  kepada  advokasi  dan kekuasaan   yang   beroeirntasi   kepada   legitimasi. Kurikulum    yang    berlaku   pada    suatu    sekolah sebenarnya   merupakan   sarana   indoktrinasi   dari suatu  sistem kekuasaan.  

Semua   aspek   kurikulum sudah   diatur   begitu   rupa   sesuai   dengan   proses domestifikasi  yang  telah  dijelaskan  di  atas.  Maka yang  terjadi  dalam  proses pendidikan  sebenarnya adalah suatu proses menstransmisikan ilmu pengetahuan secara paksa. Pengetahuan (knowledge) dapat   dipandang sebagai suatu  capital. (3) Demokrasi dalam Pendidikan. Melalui  demokrasi  malahirkan adanya   kemungkinan-kemungkinan   yang   terbuka yang dihadapi kepada seseorang. Inilah yang disebut situasi-situasi problematis.   Sumber kekuasaan tersebut dapat berupa petunjuk pemerintah melalui kurikulum yang telah disiapkan dan dilaksanakan oleh para pendidik sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah terinci. Isi kurikulum ternyata ditentukan oleh perspektif dari mana seseorang memandang proses pendidikan.  Dengan  kata  lain,  kurikulum  disusun berdasarkan   perspektif   tertentu.   Perspektif   ilmu pengetahuan   manusia yang   berbeda-beda   akan menghasilkan ilmu yang  berbeda-beda  pula. Penyusunan   kurikulum   kita   di   dewasa   ini masih berpusat pada kekuasaan yang dipegang oleh negara dengan menentukan   standar-standar atau benchmarking dari proses pendidikan. (4) Integrasi sosial. Integritas sosial ternyata tidak dapat diciptakan  dengan  pemaksaan  melalui  kekuasaan dari atas. Desentralisasi dan otonomi pemerintahan, baik pusat maupun daerah memiliki peran  penting  dalam  pendidikan  dan  kebudayaan. Suatu  sistem  pendidikan  yang uniform dan  otoriter akan mematikan kemampuan untuk mengembangkan   budaya   lokal   yang   merupakan batu bata penyusunan budaya nasional. Pendekatan multikultural   merupakan   suatu   keharusan   bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang pluralistik  dalam  mengembangkan  pendidikan  dan kebudayaan. 

Partai-partai politik menjadikan pendidikan   sebagai   program   yang   utama   atau sebagai iming-iming utama untuk membujuk rakyat di   dalam   pemilihan   umum   atau   sebagai   sarana untuk melestarikan kekuasaan  atau jabatan. Semua itu   menunjukkan betapa   pendidikan   telah   beralih dari  domain  personal  ke  domain  publik.  Hal  ini dapat   kita   lihat   dengan   jelas   betapa   pendidikan telah  dijadikan  kebijakan  utama  untuk  kemajuan suatu bangsa.Hampir  semua  negara  maju,  ketika  masih pada    tahap    seperti    negara-negara    berkembang dewasa  ini,  mempunyai  misi  yang  jauh  ke  depan, mereka    melihat    peran    pendidikan    di    dalam memantapkan kehidupan politiknya sejalan dengan perbaikan kehidupan ekonominya.

Penulis : Mahsup (Mahasiswa Pascasarjana Undiksha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun