Mendekati pelaksanaan Pilkada Bojonegoro yang akan digelar pada November 2024 mendatang, isu tentang kemungkinan calon tunggal, Sety Wahono-Nurul Azizah, telah menjadi sorotan utama di beberapa media online.Â
Pemberitaan ini telah memicu spekulasi bahwa upaya tersebut mungkin dimaksudkan untuk mengurangi semangat relawan dan tim sukses Anna Mu'awanah atau kandidat lain yang berpotensi muncul.
Namun, analisis semacam ini terlihat tidak didasarkan pada logika yang kuat. Begitu juga dengan hasil survei yang menempatkan Wahono-Nurul di posisi unggul jauh atas Anna Mu'awanah. Politik memang sering kali diwarnai permainan strategis. Kemampuan mengelola isu melalui media sosial untuk memengaruhi opini publik dapat menjadi kunci keberhasilan dalam konteks ini.
"Politik adalah seni penggiringan opini. Pendapat yang populer di mata publik belum tentu mencerminkan kebenaran yang sebenarnya," ujar Ketua Kelompok Diskusi Anti 86 (Kodat86), Cak Ta'in Komari. Menurutnya, Bojonegoro, sebagai basis PKB di Jawa Timur, sangat mungkin akan mengajukan calon sendiri, terutama dengan kehadiran figur seperti Anna Mu'awanah yang sudah dikenal luas di daerah tersebut.
Situasi ini juga menyoroti upaya pasangan Wahono-Nurul dalam mengendalikan narasi dengan memanfaatkan beberapa media untuk menyebarluaskan berita yang belum tentu terbukti kebenarannya. Meskipun demikian, dinamika politik yang sebenarnya masih terbuka lebar, terutama dengan pertimbangan dinamika lokal dan dukungan masyarakat yang dapat berubah sewaktu-waktu.
Tidak hanya itu, intrik-intrik tersebut memang ditujukan untuk menjatuhkan incumben Anna Mu'awanah atau bisa juga disebut Black Campaign. Karena tidak hanya di media saja namun juga tersebar masif di semua group whatsapp dengan menjatuhkan secara pribadi tanpa memperhatikan etika dalam membranding calon Wahono-Nurul.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H