Wanita yang sudah berumur setengah abad lebih ini tidak menyadari kebiasaan melemparkan kesalahan pada orang lain adalah akibat didikan orang tua yang beracun.
Walaupun ayahnya adalah orang kaya dan dikenal banyak kalangan, ia adalah tipe orang tua yang keras dan sangat kritikal pada anaknya yang memberi pesan pada anaknya "DO WHAT I SAY" dan "DON"T DO WHAT I SAY", kalau tidak "KAMU BUKAN ANAK YANG HEBAT SEPERTI SAYA". Ayahnya menggunakan anaknya untuk memenuhi ambisi pribadinya "ANAK SAYA SUKSES ITU KARENA SAYA."
Salah satu dampak dari pola asuh yang beracun ini, anaknya takut bila berbuat salah. Hidupnya terfokus bagaimana menemukan kekurangan dan kesalahan pada diri sendiri dan pada orang lain. Berbuat kesalahan bagaikan hantu yang selalu mengintai. Menemukan kesalahan dari apa yang dilakukannya berarti memicu rasa malu bahwa dirinya tidak mampu, bahwa dirinya tidak berharga. Jika ini terjadi, ia berusaha untuk menyangkal atau menutupi kesalahannya dengan cara melemparkan kesalahan pada orang lain. Ia harus menyalahkan orang lain, ia harus mencari kesalahan pada diri orang lain. Yang benar ia buat menjadi seolah-olah salah agar ia bisa memberikan pesan kamu tidak berharga. Dengan cara ini ia berusaha menyangkal perasaan tidak berharga yang ada di dalam dirinya.
Mau berapa lama lagikah ia akan terus bersembunyi dari rasa malu yang meracuni kehidupannya sendiri?
Supriyatno
Counselor, Trauma Therapist, Founder PTSG
http://www.wix.com/supriyatno/personalsite
http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H