Ketika seseorang mengalami suatu peristiwa di masa lalu (kekerasan atau pengabaian), tumbuh sesuatu di dalam diri orang tersebut apa yang dinamakan rasa malu yang beracun, kebalikan dari rasa malu yang sehat. Rasa malu yang beracun ini menjadikan seseorang tidak menyukai dirinya sendiri atau membenci dirinya sendiri. Ketika seseorang tidak menyukai atau membenci dirinya sendiri, ia seolah telah tidak memiliki dirinya sendiri. Sebisa mungkin ia menyembunyikan dirinya, jati dirinya, dari diketahui oleh orang lain.
Dalam upaya menyembunyikan dirinya sendiri, seseorang mengembangkan caranya masing-masing. Ada yang berperilaku seolah "tampil happy/tidak ada masalah." Ada yang berperilaku selalu menyalahkan orang lain. Ada yang berperilaku mengendalikan orang lain. Ada yang menjadikan dirinya perfeksionis. Ada yang menggunakan perilaku "baik dan sopan pada semua orang." dll.
Cara-cara di atas sudah dapat dipastikan tidak akan mendamaikan diri seseorang karena mereka telah membentuk diri yang salah (false self) dan menghambat jalan pemulihan diri mereka sendiri.
Salah satu berkah yang bisa didapat dari pertemuan langsung seperti yang Peduli Trauma adakan secara rutin adalah Anda bisa belajar mengenali rasa malu beracun yang ada di dalam diri Anda yang menghambat datangnya kedamaian diri. Ketika Anda sedang mendengarkan kisah hidup orang lain, ketika Anda mendengarkan apa yang diucapkan para Counselor, atau ketika Anda sedang berbagi kisah hidup Anda sendiri, Anda bisa menjadi "pengamat" dari ego-ego di dalam diri Anda. Dari situlah jalan untuk Anda mengenali diri Anda sendiri terbuka. Anda lebih tahu tentang masalah-masalah yang ada di dalam diri Anda. Mengapa dan dari mana asal masalah yang ada di dalam diri Anda. Mengapa Anda mempunyai kesulitan di dalam sebuah hubungan, mungkin dengan anak atau pasangan hidup atau teman. Mengapa reaksi-reaksi Anda tidak diterima orang lain atau mengapa Anda bereaksi tertentu di dalam pertemanan.
Di pertemuan langsung, Anda juga akan menjadi lebih mudah mengembangkan rasa malu yang sehat, yaitu berani untuk mengungkapkan dan menerima diri Anda sebagaimana yang ada. Anda tidak lagi menyembunyikan diri Anda dengan memakai topeng-topeng seperti berlaku baik pada semua orang, ingin menolong semua orang, mengendalikan orang lain, menyalahkan orang lain, membetulkan orang lain, mencari pembenaran dari orang lain, mencari persetujuan dari orang lain,dll.
Di pertemuan PEDULI TRAUMA SHARING MOMENT Edisi 19 November 2011, kami senang akhirnya mendapati peserta pertemuan, untuk kedatangan yang kedua kalinya, berani mengungkap perasaan-perasaan lama yang dipendamnya yang telah menciptakan masalah di dalam hidupnya, mulai menerima siapa dirinya, dan berani mengambil tanggung jawab bagi kebaikan hidup yang tetap harus berjalan. Suatu kebahagiaan yang tidak ternilai harganya bagi Anda yang telah dibukakan hidayah dariNya, dan tentu pula suatu kebahagiaan yang tidak terkatakan bagi kami para Counselor yang dapat menjadi kepanjangan tanganNya untuk membantu sesama yang sedang mengalami masalah dalam kehidupan, karena pada akhirnya upaya-upaya pemulihan kehidupan kita yang sedang sakit adalah menuntun orang untuk kembali padaNya.
Alangkah indahnya menjadi kekasihNya.
Love Yourself!
Supriyatno
Founder of Peduli Trauma
http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H