Kegiatan tanam pohon merupakan upaya yang dilakukan banyak orang untuk tujuan melestarikan lingkungan. Kegiatan penanaman ini bisa dilakukan sendiri- sendiri atau bisa secara bersama - sama. Kesadaran akan pentingnya melestarikan alam ini mendorong masyarakat mulai melakukan gerakan penanaman pohon dimana-mana.
PT Otsuka Indonesia (PTOI) menjadi salah satu perusahaan yang mempunyai kepedulian dengan alam lingkungan di sekitarnya. Bentuk dari kepeduliannya itu diwujudkan dengan kegiatan CSR tanam pohon sejak tahun 2007 silam. Kegiatan tanam pohon ini sempat terhenti selama dua tahun ketika terjadi pandemi. Dan baru dimulai lagi kegiatan penanaman pada tahun 2022 dengan mengambil lokasi tanam di lahan sumber air masjid jamik Ismail Bedali Lawang.
Dan dua tahun terakhir ini yaitu untuk kegiatan tanam pohon tahun 2023 dan 2024, PTOI melakukan kegiatan penanaman dengan menggandeng Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosantri Abadi Singosari. Mereka bersama-sama melakukan kegiatan tanam pohon di wilayah pengelolahan KTH Wonosantri dengan dibantu oleh komunitas pendaki gunung dan penggiat alam Jawa Timur.
Lalu bagaimana tanggapan dan komentar KTH Wonosantri terhadap kegiatana tanam pohon yang dilakukan bersama PT Otsuka Indonesia. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan Gus Ulum selaku ketua KTH Wonosantri Abadi desa Toyomarto kecamatan Singosari kabupaten Malang.
Mengapa memilih kawasan Budug Asu sebagai lokasi tanam pohon?
Area hutan Budugasu merupakan bagian dari area hutan yang secara legal hak kelolanya dimiliki oleh KTH Wonosantri sesuai SK No 5618 dari KLHK tahun 2023. Sekaligus merupakan titik bencana longsor di tahun 1998 yang menyebabkan banjir bandang yang menyapu desa Toyomarto.
Mengapa bibit aren juga di tanam di lokasi?
Tak jauh dari area kegiatan terdapat sumber mata air yang selama ini digunakan oleh masyarakat maupun instansi yang berdekatan dengan titik air tersebut, harapannya pohon aren yang ditanam dapat membantu penyerapan air dan menambah debit mata air tersebut
Apa pentingnya tanam pohon bagi alam lingkungan, bagi manusia, dan bagi satwa?