Awal September 2023 silam gunung Bromo yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terbakar hebat. Penyebab kebakaran tersebut bukan karena faktor alam, melainkan karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Sebagaimana banyak diberitakan bahwa kebakaran kali ini dipicu oleh ulah sekelompok orang. Mereka melakukan kegiatan foto prewedding di area bukit teletubis dengan menyalakan api flare yang berakibat membakar kawasan gunung Bromo.
Akibat kebakaran hebat ini kawasan gunung Bromo ditutup total dari kegiatan wisata. Petugas TNBTS dibantu oleh para relawan dan masyarakat bekerja keras siang malam untuk memadamkan api yang membakar obyek wisata andalan Jawa Timur ini. Kebakaran gunung Bromo ini cepat meluas akibat rerumputan yang kering dan hembusan angin yang besar.
"Kami sudah buatkan sekat bakar selebar 3 meter, tapi api masih bisa dengan mudah melompatinya karena hembusan anginnya sangat kencang " begitu ujar Kepala TNBTS C. Hendro Widjanarko, S.Hut di posko Jemplang.
"Ketika mulai terjadi kebakaran tanggal 6 September 2023 lalu saya bersama komunitas Masyarakat Peduli Api (MPA) sudah mulai gelisah dan kami akhirnya langsung ikut terjun membantu memadamkan api. " Begitu tutur pak Budi, salah seorang relawan pemadam kebakaran Bromo.
Pak Budi adalah salah seorang petani kentang yang tinggal di desa Ngadas kecamatan Poncokusumo kabupaten Malang. Desa Ngadas yang berada di ketinggian 2150mdpl ini merupakan salah satu dari 36 desa suku Tengger yang tersebar di empat kabupaten, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang.Â
Sebagian besar masyarakat desa Ngadas berprofesi sebagai petani. Karena berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl mengakibatkan suhu udara di Ngadas cenderung dingin, suhu di sekitar Ngadas berkisar 0C hingga 20 C
Sebagai masyarakat yang tinggal di lingkar Bromo Semeru Tengger, pak Budi dan warga desa lainnya tentunya sangat prihatin dengan kondisi kebakaran ini. Karena asap tebal yang membumbung juga sudah menjangkau desa mereka. Berdiam diri tentunya bukan solusi terbaik, sehingga sosok relawan seperti pak Budi dan warga desa lainnya ini dengan ikhlas mewakafkan waktunya untuk pemadaman ini dengan peralatan dan sarana seadanya.
"Kami sudah satu minggu berada disini bersama dengan kawan - kawan warga desa yang lain. Dan sejak kami naik hingga hari ini kami masih belum sempat pulang ke rumah" terang pak Budi sambil meneguk kopi di tangannya.
Ternyata masih banyak orang - orang baik yang mau mengulurkan tangan untuk memadamkan api di gunung Bromo akibat ulah tangan orang -- orang jahat yang tidak bertanggung jawab. Jadi jangan pernah bosan untuk tetap menjadi orang baik.