Dan kini ketika era new normal berlaku. Kami mulai bangkit lagi. Kami mulai restart dari titik nol lagi untuk melanjutkan aktivitas menanam hidroponik. Mulai lagi membangun pasar sayur baru. Mencari konsumen baru, juga menghubungi konsumen lama untuk sekedar bertanya apakah mereka masih memerlukan sayur. Termasuk juga mulai menawarkan sayur kepada para pedagang sayur. Setidaknya berharap ketika para pedagang tersebut butuh sayur atau kekurangan sayur, mereka tahu harus menghubungi siapa.
Alhamdulillah, sudah mulai ada lagi pasar sayur yang memerlukan suplai sayuran salada keriting. Kebutuhan per minggu sekitar 70 kg. Untuk kebutuhan sebanyak itu kami mengajak petani lain di luar Lawang untuk memenuhi pasar tersebut.Â
Selain salada keriting, juga mulai ada permintaan beberapa jenis sayur yang lain seperti romain, baby romain, iceberg, horenzo, bayam merah dan lain-lain.
Peluang dan kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Jadi kami perlu mengatur kembali manajemen produksi sayur yang baik, agar bisa memenuhi kebutuhan pasar sayur secara kontinu.
Keberadaan pasar sayur hidroponik begitu penting bagi petani hidroponik. Perlu adanya keseimbangan antara proses produksi sayuran dan juga kebutuhan pasar. Kalau setiap petani hidroponik harus memikirkan sendiri perihal ini tentu akan berat. Akan menjadi lebih ringan bebannya bila permasalahan pasar sayur ini dipikirkan bersama-sama oleh para pelaku hidroponik.
Mencari solusi bersama atas segala permasalahan dalam pemasaran sayuran hidroponik jauh lebih berguna dari pada saling diam tanpa berbuat apa-apa.
Salam sehat untuk semua petani hidroponik Indonesia………..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H