Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Membangun Pasar Sayur Hidroponik

15 September 2022   17:15 Diperbarui: 16 September 2022   03:50 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidroponik (dokumentasi pribadi)

“Sayurnya ini organik apa tidak? Soalnya saya sudah biasa konsumsi sayur organik?”

"Ah nggak dulu, saya sudah punya langganan sayur"

Begitu antara lain ragam komentar dari masyarakat ketika itu. Tapi, kami tidak putus asa. Kami tetap berusaha memberikan pengertian kepada calon pelanggan bahwa kelebihan sayur hidroponik itu antara lain bebas pestisida, lebih segar, dan lebih kres dibanding sayur biasa. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang keunggulan sayur hidroponik itu sangat penting.

Selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan. Perlahan tapi pasti sudah mulai ada konsumen yang membeli sayur hidroponik kami. Selain konsumen perorangan, juga sudah mulai ada ‘bakulan’ yang membeli sayur panenan kami.

Bisnis hidroponik (dokumentasi pribadi)
Bisnis hidroponik (dokumentasi pribadi)

Puncaknya adalah ketika salah seorang kawan yang mempunyai usaha rumah makan membutuhkan pasokan selada keriting 10 kg 20-kg per minggu. Kami pun sepakat untuk menjadi pemasok sayur untuk warung teman tersebut sesuai harga yang sudah disepakati.

Sejak saat itu roda pertanian hidroponik rumahan kami mulai berjalan lancar. Harapan dari setiap petani hidroponik adalah sayur yang mereka tanam itu sudah memiliki pembeli yang pasti. Petani menjadi lebih tenang karena pasarnya jelas. Mereka tidak perlu berebut, apalagi saling sikut untuk mendapatkan pembeli.

Hidroponik (dokumentasi pribadi)
Hidroponik (dokumentasi pribadi)

Dan ketika pandemi melanda dunia, praktis aktivitas menanam dan berjualan sayur hidroponik kami terhenti. Kami tidak bisa lagi menjual sayur karena warungnya juga tutup. Dan tentunya bukan hanya kami yang mengalami hal seperti ini, tapi banyak petani hidroponik lain yang mengalami nasib yang sama.

Kami perlu rehat sejenak. Mengatur nafas. Untuk nanti siap bangkit lagi.

Walaupun sejatinya, kami sendiri tidak benar-benar berhenti berhidroponik. Kami tetap menanam, setidaknya untuk konsumsi keluarga sendiri dan dibagikan ke tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun