Kesenian Warokan
Salah satu kesenian tari yang berkembang di Temanggung
Warokan adalah salah satu ragam kesenian tari tradisional kerakyatan yang berkembang di Temanggung sekitar tahun 1995 hingga kini. Tarian ini berkembang turun temurun di kalangan rakyat desa karena gerakannya cenderung mudah ditarikan. Warok berasal dari wewarah, yaitu orang yang memiliki tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok juga adalah penggambaran orang yang paling besar, paling berani, dan paling kuat. Maka dari itu, terdapat adegan peperangan dalam tarian yang disajikan. Siapa yang menang itulah yang disebut sebagai warok. Gambaran dari warok diwujudkan dalam bentuk perawakan tinggi, besar, berkarakter tangguh, dan pemberani. Gambaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas penampilan para penari warok: berbaju hitam, bercelana komprang hitam , ber-jarik kotak-kotak, memakai belangkon bergelung, memakai gelang kaki/klintingan, berwajah merah menyala, berkumis tebal, dan berjenggot.
Tari Warokan adalah salah satu dari sekian tarian yang begitu digemari masyarakat di Temanggung. Tarian ini banyak ditampilkan di acara-acara seperti hajatan, sadranan desa, upacara adat, dan lain-lain.Â
Desa Karangseneng Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung dulunya tidak memiliki kesenian warok. Justru malah memiliki paguyuban kesenian ketoprak dulunya.
Menurut penuturan Supriyadi, Ketua Paguyuban Warok "Wahyu Budoyo ", seiring berjalannya waktu karena tidak ada regenerasi tidak ada lagi pemain kesenian dan ketoprak sehingga gamelan atau perangkat musiknya tidak ada yang memakai dan hilang ditelan zaman. Atas inisiatif dari beberapa warga Dusun Karangseneng, sebagian peralatan gamelan tersebut digunakan untuk dipinjamkan paguyuban kesenian kuda lumping dusun sebelah. Secara resmi, paguyuban kesenian warok Wahyu Budoyo berdiri pada tahun 2024 dengan nama Paguyuban Kesenian Warok Wahyu Budoyo.Wahyu artinya Berkat, Budoyo yang artiyan kesenian, . Maksud dari penamaan tersebut adalah masyarakat pecinta kesenian tradisional di Desa Karangseneng bersepakat untuk satu tujuan dalam satu wadah yang dengan wahana berkat kesenian.
Harapannya, bila melihat pada saat ini hanya kesenian tradisional Wahyu Budoyo yang masih bertahan, ke depan semoga Desa Karangseneng menjadi desa yang berbudaya dengan tradisi dan kesenian yang tetap lestari untuk terwujudnya desa yang maju seperti unen-unen kuncaraning bangsa dumunung aneng luhuring budaya, maju tidaknya suatu desa, suatu bangsa, suatu negara tergantung dari budaya dan tradisi.
"Dengan adanya budaya dan tradisi warok ini harapannya bisa berkembang, masyarakatnya, segi ekonominya, segi pembangunannya, dan sebagainya", pungkas Supriyadi di akhir wawancara dengan redaksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H