saat menghadiri Milad Ke-65 dikelapa sunda kemarin, banya kader-kader se-indonesia menghadiri acara tersebut, keramaian mulai nampak saat menghadiri acara, saat pembukaan diramaikan oleh kesenian-kesenian kebudayaan dari sabang sampai marauke entah tarian apa yang diperagai oleh beberapa orang, aku mulai senang melihat suasananya sangat gembira, saat pengurus besar tepuk tanggan memberi penghargaan yang gembira kepada kesenian-kesenian yang telah diperagakan tersebut. acaranya mulai jalan beberapa menit kemudian salah satu kader kohati yang ngumpul bareng-bereng ama' pengurus entah dari mana karna saya juga tak kenal dia dari mana, sempat saya tegur ke-teman saya bernama ilmi sekaligus pengurus badko jabar, kata ku- bang' coba lihat kohati itu ..? tanya ku , ilmi langsung menjawab wah' tak ada etika tuh sapa dia, tanya balik aku - ko' seperti itu ? ilmu jawab - ya emang acara resmi seperti ini harus berpakaian rapi atau khusus kohati paling tidak pakai krudung jawab ilmi seperti itu dan mukanya sangat marah. ketika melihat gadis atau pengurus kohati yang tak berjilbab.
aku heran ya sebagai himpunan mahasiswa islam yang selalu mengedepankan ilmu pengetahuan dan selalu berjuang yang didasari berasas islam ko' hari ini sebagai pelingdung dan selalu mengedepankan nilai-nilai keIslaman masih ada yang belum paham tentang berpakaian jilbab terutama khusus Kohati. aku heran dan selalu berfikir apakah metode dalam HMI ini gagal atau sebagai Individu yang gagal memahami dialetika tersebut. saat ku' cerita sedikit keadaan didaerah dan melihat keadaan diIbu kota. aku heran didaerah sangat mengedepankan nilai-nilai keislaman khususnya daerah saya bolaang Mongondow yang satu sisi kaum nasrani yang menguasai atau mayoritas mereka. akan tetapi nilai-nilai ke-islaman selalu mengedepankan dari cara berjilbab khususnya kader kohati. apalagi pergi ke-sekretariat kader kohati itu akan dimarahi oleh pengurus ketika datang ke-sekretariat itu tidak memakai jilbab. nah melihat fenomena tersebut diacara milad 65 kemari dikelapa sunda. aku sampat mengritisi fenomena tersebut akan tetapi ada beberapa teman mengatahkan bahwa begitulah suasana disini beda dengan suasana didaerah kalian.
Kata-kata teman saya itu langsung aku berargumentasi, kalau memenang fenomena disini beda dengan fenomena didaerah saya. lantas kenapa ?? daerah kami mayoritas nasrani dan nilai-nilai keislaman itu sangat kurang dan kenapa kami bisa mengatasi hal tersebut, ko' hari ini saya lihat mereka yang berada didaerah ibu kota saat ini nilai-nilai keislaman sangat kurang ?? nah itulah salah satu wacara yang saya kemukakan walaupun hanya menjadi diskusi sedikit-sedikit melihat hedonisme barat telah berkembang dan sangat kuat diindonesia ini. teman ku' tak bisa menjawab pertanyaan -pertanyaan mudah dijawab tapi melakukan nya tak mudah
apalagi ketika ada isu-isu sedikit yang menjadi wacana kemarin. bahwa salah satu mantan juga ketua kohati dan juga sebagai pengurus besar kohati berkasus amoral. wah aku sangat tertampar dan sangat kecewa sebagai kader-kader HMI yang selalu berjuang demi Umat dan Bangsa dan selalu mengedepankan Nilai-Nilai KeIslaman hari ini ada beberapa pengurus HMI Kasusnya Amoral padahal dalam Islam itu sendiri sangat melarang keras apalagi belum bernikah...wasalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H