Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Mesin Cuci" dari Tuhan Lebih Awet dan Tahan Lama

17 Agustus 2024   07:56 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dengan Canva (dokpri)

"Mesin Cuci" dari Tuhan Lebih Awet dan Tahan Lama

Di rumah kami ada mesin cuci. Piranti untuk "menggilas" pakaian kotor itu dibeli oleh anak kami yang sudah bekerja. Pada waktu anak kami mudik dan membawa dua orang balita tentu memerlukan mesin cuci untuk membereskan pakain kotor. Bukan untuk mencucinya tetapi lebih pada alat pengering yang dibutuhkan.

Anak-anak sering ganti pakaian sedangkan jumlah pakaian yang dibawa terbatas. Untuk itu diperlukan mesin cuci agar pakaian kotor dapat segera dicuci dan dikeringkan. Tentu saja hal itu menghemat pakaian bersih. 

"Mesin Cuci" Alami

Sejak kecil saya sudah dibiasakan mencuci pakaian pribadi masing-masing. Orang tua kami mempunyai delapan anak. Saya anak keempat. Ketika sudah cukup mampu mencuci pakaian sendiri, kami dibiasakan mencuci dengan tangan alias mencuci manual. Berhubung bak tempat untuk mencuci terbatas waktu itu, kami perlu bergantian saat mencuci.

Rasa toleransi dan tenggang rasa sudah ditumbuhkan sejak kecil. Untuk itu, kami selalu berusaha mengerjakan tugas pribadi secara bertanggung jawab. 

Dengan mencuci menggunakan tangan, kami merasa sehat. Selain itu, kebiasaan menumpuk pakaian kotor tidak berlaku. Setiap hari saya selalu berusaha mencuci pakaian pribadi. Meskipun sudah berkeluarga, saya masih tetap berusaha untuk mencuci pakaian pribadi sendiri.

Untuk selimut, seprai dan handuk, sering saya titipkan anak saya yang mencuci menggunakan mesin cuci. Saya merasa kurang kuat untuk mengucek dan membilas selimut yang tebal. Demikian pula untuk jenis handuk tertentu yang cukup tebal, saya tidak sanggup untuk mengucek dan membilas serta memerasnya.

Dengan mencuci secara manual, saya merasa ada kewajiban untuk berkeringat setiap hari. Jari-jari tangan akan bergerak untuk mengucek dalam air sabun kemudian membilas dalam air bersih. Dengan gerakan jari-jari tangan yang berulang, tenaga akan dikeluarkan. Keringat pun akan mengucur pada beberapa saat kemudian.

Boleh dikata, dengan mencuci secara manual, organ-organ tubuh khususnya jari-jemari tangan akan bergerak lebih sering dan akan membuat aliran darah berjalan lebih lancar. 

Berbeda dengan penggunaan mesin cuci. Biasanya mesin cuci akan digunakan tiga atau empat hari sekali, menunggu pakaian kotor cukup banyak. Demikian kebiasaan anak saya dan istri tercinta. Mereka bekerja sama dalam mencuci pakaian kotornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun