Agar Finansial Sehat Selama Ramadan
Ramadan datang satu tahun sekali. Keluarga atau rumah tangga muslim sudah mengetahui hal itu. Untuk urusan keuangan, jauh-jauh hari sudah dipikirkan. Pada setiap Ramadan, pengeluaran untuk konsumsi pada umumnya akan meningkat.
Jika pada bulan biasa rata-rata pengeluaran konsumsi dua juta rupiah, misalnya; pada bulan Ramadan pengeluaran akan meningkat menjadi tiga atau empat juta rupiah (predikasi).
Ramadan lewat, akan disusul dengan Syawal atau Idulfitri. Pengeluaran untuk merayakan Idulfitri juga biasanya akan menambah jumlah pengeluaran bulanan.
Keluarga Muda Wajib Berhitung
Untuk keluarga yang sudah lama (lebih lima tahun berkeluarga), perhitungan finansial tentu sudah dirancang sejak satu tahun sebelumnya. Namun, untuk keluarga baru (kurang dari tiga tahun berumah tangga), tentu perlu perencanaan yang matang.
Penghasilan rata-rata setiap bulan perlu dideteksi. Kemudian pengeluaran rutin rata-rata dalam satu bulan biasa (selain Ramadan) juga perlu dihitung. Nah, bagaimana dengan bulan Ramadan? Tentu ada perhitungan tersendiri.
Dalam contoh di atas disebutkan bahwa pengeluaran per bulan dua juta rupiah. Kemudian, pada bulan Ramadan bisa 3-4 juta rupiah.
Dengan perhitungan cermat, setiap keluarga (seharusnya) sudah mempunyai cadangan dana yang memang (hanya) akan dikeluarkan atau dialokasikan untuk keperluan Ramadan.
Keluarga muda yang cermat tentu harus mulai teliti dalam penggunaan uang yang diterima setiap bulan. Jika untuk keperluan konsumsi dua juta rupiah, bisa disisihkan seratus ribu rupiah setiap bulan. Â Untuk apa? Jika dalam satu tahun, uang yang disisihkan sudah mencapai satu juta rupiah lebih. Nah, uang itulah yang digunakan untuk menambah pengeluaran konsumsi pada bulan Ramadan.
Pada awalnya mungkin akan terasa berat. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, upaya menyisihkan uang seratus ribu rupiah itu akan terasa ringan. Cobalah!