Memberi Nasihat kepada Anak dengan Bercanda
Anak pertama kami, Yunus, sudah menikah dan dikaruniai dua anak. Kami sebagai orang tua sangat bersyukur dengan kondisi seperti itu. Kemudian, anak kami kedua, Arifin, baru akan melangkah ke jenjang pernikahan. Jarak usia antara Yunus dan Arifin terpaut dua tahun saja.Â
Pada saat saya ada kegiatan di kota tempat Arifin bekerja, saya memberitahukan kepadanya. Saya tanyakan apakah sedang ada pekerjaan (tugas) atau sedang libur. Sebagai pegawai swasta, jam kerjanya tidak tentu. Maksudnya, sering ada lembur atau tugas tambahan.
"Libur, Pak!" Jawab Arifin dengan serius.
Arifin menanyakan lokasi tempat saya bermalam. Pertanyaan seperti itu tentu sudah mengarah pada tujuan yang akan dilakukan. Saya pun menanyakan jarak antara tempat saya bermalam dengan tempat kos Arifin.
"Nggak begitu jauh ini lokasinya, Pak!"
Harapan saya pun selalu saya panjatkan. Saya tidak mau berlama-lama berdialog lewat chat WhatsApp. Langsung saya arahkan dengan kalimat pertanyaan yang tegas. Â
"Lha mau ketemu Bapak nggak malam ini?"
Setelah ada dialog bumbu-bumbu percakapan, akhirnya Arifin membuat sebuah keputusan.
"Aku ke sana malam ini!"
"Mau makan bareng-kah, Pak? Atau Bapak mau makan duluan?"