Mengapa Masih Bertahan Menulis di Kompasiana?
Pada bulan Juni 2023 saya baru menginjak bulan ke-10 aktif menulis di blog Kompasiana. Sudah banyak Kompasianer yang lebih awal, lebih dulu, dan lebih sering menyampaikan gagasan, ide, cerita lucu, pengalaman unik, kisah perjalanan, info olah raga, kegiatan di sekolah, di kampung, di desa, di kelurahan, di kampus, dan banyak lagi hal yang dapat ditemukan di Kompasiana.
Dalam kesibukan sehari-hari, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca-baca tulisan para Kompasianer. Saya lebih suka membaca tulisan TERBARU meskipun paling sering saya dapatkan tulisan para mahasiswa yang memenuhi tugas untuk menulis laporan.
Jika ingin mebaca tulisan yang "agak berat", saya baru beralih pada Artikel Utama (AU) atau HEADLINE. Selain itu, jika ada waktu lebih longgar, saya membaca TOPIK PILIHAN. Sering saya temukan ide-ide menarik dari sana. Terus terang saya merasa kagum dengan karya-karya Kompasianer yang menulis begitu lancar dan enak dibaca.
Menulis Apa Adanya
Sejak tanggal 27 Agustus 2022 hingga sat ini saya masih merasa hanya "main-main" dalam menulis di Kompasiana. Sesuatu yang ingin saya tuliskan, segera saya tulis. Tidak ada kajian pustaka, referensi yang banyak, atau sumber bacaan yang setumpuk. Pokoknya ingin menulis, ya saya menulis.
Pada awal-awal menulis (bulan Agustus-September 2022) saya memulai dengan tulisan seputar ketatabahasaan, sesuai jurusan pada saat kuliah, yaitu bahasa Indonesia. Waktu itu hanya berpikir dapat menulis, walau hanya beberapa puluh kata, dan segera tayang.
Dengan tulisan yang dapat ditayangkan, saya merasa sangat gembira. Komentar, nilai, atau apalah, tidak terlalu saya pikirkan waktu itu.. Memang, sih, kita perlu pembaca (views) minimal untuk mendapatkan penghasilan (honorer).
Agar memperoleh K-Reward berupa GoPay, setiap Kompasianer baru perlu mendapatkan minimal 25.000 views. Itu perlu waktu untuk mengejarnya. Supaya jumlah pembaca meningkat, salah satu cara dengan sering menayangkan tulisan/artikel.
Kemudian, untuk mendapatkan penilaian dari Kompasianer lain, kita pun harus berupaya sebanyak-banyaknya memberikan "nilai" tulisan atau artikel Kompasianer lain. Dengan memberikan "nilai" artikel orang lain, kita berharap mereka akan bersedia menilai artikel kita. Istilah simbiosis mutualisma memang harus diuji kebenarannya.
Bukan banyaknya NILAI yang kita cari tetapi jumlah KOMENTAR minimal seratus yang harus kita kumpulkan. Agar artikel yang kita tayangkan diberi komentar oleh Kompasianer lain, tentu kita juga harus rajin memberikan KOMENTAR artikel orang lain.