Setelah menyelesaikan perbincangan yang belum tuntas, kami pun segera meluncur menuju Rumah Makan Etam. Kami sangat beruntung karena tempat parkir di depan rumah makan masih sepi. Pengunjung pun baru kami yang datang. Dengan begitu, kami leluasa untuk memilih tempat duduk lesehan di dalam rumah makan.
S
Saya pun memanfaatkan waktu dengan berswafoto dengan latar belakang papan nama rumah makan dan mobil Pak Anas Baenana yang diparkir di depan rumah makan.Meja-meja masih kosong. Kami memilih meja dekat tempat bersandar dan tidak jauh dari kipas angin. Pada siang hari udara cukup panas. Jika kami jauh dari kipas angin, keringat pasti akan mengucur deras.
Kami bertiga memesan minuman teh hangat. Pak Anas Baenana memesan kopi panas. Tidak lama kemudian, Bu Kusmiati sudah datang. Kami merasa senang. Perbincangan pun tidak kalah seru dengan obrolan di ruang kepsek SMP 4 PPU dan di SMP 13 PPU.
Pesanan kami belum datang sehingga kami dapat mengobrol ringan sambil menunggu kedatangan Bu Lili Suriani. Lima orang memesan ikan yang tidak sama meskipun semuanya ikan bakar. Proses membakar ikan memang agak lama di rumah makan itu.
Ikan trakulu, begitu nama jenis ikan yang saya pesan. Sebelum ikan bakar dihidangkan, terlebih dahulu kami diberi suguhan sayur santan dan kobokan (tempat cuci tangan). Sambal tomat tidak ketinggalan sebagai pemicu semangat dalam menyantap ikan bakar yang ditemani daun singkong rebus, daun kemangi, dan dua iris mentimun.
Pak Mokhamad Syafii besemangat dalam acara makan bersama itu. Bu Kusmiati memesan ikan bagian ekor. Sementara itu, Bu Lili Suriani meminta dipesankan ikan bagian kepala. Pak Anas Baenana dan saya memesan ikan trakulu pada bagian tengah, bukan kepala atauekornya.
Semakin siang pengunjung RM Etam semakin banyak. Satu, dua, tiga mobil berhenti. Beberapa penumpang keluar dari mobil. Mereka langsung memilih tempat duduk yang lesehan maupun yang memakai kursi. Suasana makan kian meriah saat ada pengamen yang mulai melantunkan lagu-lagu populer. Kami merasa terhibur dalam suasana seperti itu.
Meskipun ada suara pengamen, kami masih tetap dapat berbincang santai. Obrolan kian seru saat acara makan sudah dituntaskan. Saya pun pindah ke meja Bu Lili dan Bu Kus. Pak Mokhamad Syafii juga mendekat. Sayang sekali, Wajah Pak Anas dan Pak Habel tidak tampak dalam foto.
Sebagai kepsek yang sudah mengantongi sertifikat pengawas sekolah, Bu Lili dan Bu Kus sering kami beri informasi terkait masa kerja kami. Dengan begitu, mereka sudah mendapatkan bayangan, kira-kira pada tahun berapa akan dapat menggantikan posisi kami sebagi pengawas sekolah.