Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Diuji Pengetahuan Zaman Sekolah

22 April 2023   06:44 Diperbarui: 22 April 2023   06:51 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar Samber hari ke-22 (dokpri)

Diuji Pengetahuan Zaman Sekolah

Pagi-pagi usai waktu subuh, saya membuka blog Kompasiana. Tantangan pada hari ke-22 benar-benar penuh misteri. Memori pada benak harus dibuka lembar demi lembar. Pengetahuan dasar yang dipelajari saat masih sekolah ditanyakan. Demikian pula pertanyaan terkini juga diajukan.

Untuk pertanyaan terkait pelajaran zaman sekolah, sebagian masih saya ingat. Namun, untuk pertanyaan terkait kekinian, saya meraba-raba jawabannya. Antara ya dan tidak di antara dua pilihan sering menimbulkan dilema. Namun, pilihan harus dijatuhkan. Semoga pilihan yang saya "klik" tidak keliru.

Hidup Penuh Pertanyaan

Dalam kehidupan ini memang banyak pertanyaan yang harus siap dijawab dengan cepat. Ada "timer" yang membatasi. Siap atau tidak siap kita harus memberikan jawaban. Apalagi sudah ada opsi yang harus dipilih. Kita dituntut untuk menimbang-nimbang, opsi mana yang paling tepat.

Ada opsi (pilihan) yang sering menimbulkan rasa bingung. Pengetahuan masa lalu atau info yang sudah lewat terkadang belum tersimpan rapi pada memori otak kita. Kalau kita jarang bahkan tidak pernah membaca atau mendengar sesuatu hal, tentu kita tidak akan memiliki "catatan" dalam benak kita. Di situlah letak "ketidaktahuan" kita terdeteksi.

Sesuatu yang pernah kita baca dan dengar pun sering sudah "tertimbun" dengan informasi lain yang lebih mutakhir, apalagi informasi yang sama sekali belum pernah kita dengar-baca, pasti membuat kepala menjadi pusing.

Hidup kita memang penuh pertanyaan. Setiap hari kita dihadapkan dengan pertanyaan. Kita harus siap menghadapi berbagai pertanyaan itu. Bagi para bujang yang belum memiliki calon pendamping, pasti akan merasa "bosan" dengan pertanyaan, "Kapan menikah?" pada saat bersilaturahim lebaran.

Jawaban harus disiapkan dengan bijak agar pemberi pertanyaan dapat memaklumi kondisi kita. Tidak perlu merasa "jengkel" atau "marah" jika pertanyaan seperti itu selalu diajukan orang lain. Mereka bertanya karena merasa peduli dengan kondisi kita.

Untuk pasangan yang sudah menikah dan belum dikaruniai momongan, pasti juga akan ditanya, "Mengapa belum punya momongan?" Terkadang tuduhan "mandul" atau keadaan "tidak subur" sangat menyakitkan. Untuk itu, pasangan yang belum diberi momongan harus melakukan upaya semaksimal mungkin agar dapat memberikan jawaban yang masuk akal.

Pengalaman sewaktu kami sudah menikah satu tahun dan belum diberi momongan benar-benar merupakan pengalaman berharga. Pada tahun 1989 kami menikah. Satu tahun kemudian, tahun 1990 kami belum diberi momongan. Sementara itu, rekan kerja kami yang menikah belakangan justru sudah diberi momongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun