Berbuka Puasa dengan yang Manis
Usia mempengaruhi selera. Semakin tua usia semakin berubah selera untuk acara berbuka. Berbeda dengan mereka yang masih muda. Pada usia di bawah 40 tahun, selera untuk berbuka boleh dikata tidak ada batasan. Semua jenis minuman dan camilan untuk berbuka tiada pantangan.
Pada saat usia lima puluh tahun ke atas, selera untuk berbuka semakin terbatas. Tidak semua minuman dan takjil yang disuka waktu muda dapat diterima. Begitulah suratan takdir.
Sejak puasa Ramadan hari pertama, minuman teh manis hangat merupakan menu wajib yang selalu tersedia (alhamdulillah). Rasa hangat teh manis yang membasahi kerongkongan sudah cukup menambah energi. Badan secara berangsur tampak lebih bertenaga.
Dengan atau tanpa sebutir kurma, saya sudah merasakan kondisi badan lebih segar. Seteguk atau dua teguk teh hangat telah menambah selera untuk menyantap takjil yang tersedia.
Tidak ada jenis takjil khusus harus tersedia saat berbuka puasa. Apa pun takjil yang menemani teh manis hangat selalu siap untuk disantap.
Terkadang ada lumpia, pisang goreng, atau martabak mini. Semua dapat disantap tanpa pantangan. Pada kesempatan lain tersedia bakwan atau ote-ote, tahu isi, atau tahu bakso goreng. Semua dinikmati tanpa khawatir kolesterol meningkat.
Prinsip saya sederhana: 1. makan secukupnya dan 2.berusaha berhenti makan sebelum kekenyangan. Dengan dua prinsip itu, apa pun jenis takjil yang disediakan dapat saya santap dengan penuh selera.
Jika Tidak Ada Teh Manis
Minuman wajib saya saat berbuka adalah teh manis hangat. Jika minuman itu belum atau tidak tersedia, cukup minum air putih dengan takjil yang manis seperti buah kurma, agar-agar manis, atau takjil lain yang ada rasa manis-manisnya.