Kebanggaan Orang Tua jika Anak Mudik
anak-anak memberi kabar dalam kondisi sehat. Anak-anak yang berada di perantauan tetap menjadi tanggung jawab orang tua meskipun usia mereka sudah lebih dari dua puluh tahun. Anak tetaplah anak. Meskipun sudah berkeluarga, anak tetaplah harus ingat orang tuanya.
Sebagai orang tua, saya sangat bersyukur manakalaSaya masih mempunyai orang tua. Ibu Suparti masih sering menanyakan kondisi kami di perantauan. Ibu Suparti masih mengharapkan anak-anaknya yang berada di perantauan bisa mudik saat lebaran tiba. Â
Tahun 2022 saya seorang diri mudik untuk sungkem dengan Ibu Suparti. Meskipun seorang diri, saya berusaha tidak bersedih. Ibu Suparti sudah saya beri tahu sebelumnya lewat adik bungsu yang tinggal satu rumah dengannya. Keluarga besar Sastro memaklumi hal itu.
Kondisi yang belum kondusif saat itu memang harus banyak permakluman. Acara silaturahim ke rumah tetangga di kampung tetap kami lakukan. Tentu saja tetangga yang lebih tua dan masih ada hubungan kekerabatan. Tidak banyak memang jumlahnya.
Sebagian besar orang yang lebih tua usia daripada kami sudah meninggal dunia. Untuk itu, kami sangat bersyukur Ibu Suparti masih dapat bersama-sama kami dalam hari bahagia itu.
Anak yang mudik akan menjadi "omongan" keluarga besar dan tetangga. Apalagi, anak yang jauh dari kampung yang mudik, pasti berita itu akan menyebar ke mana-mana. Waktu itu, saya sempat mengikuti acara halal bil halal kecil-kecilan dengan teman sewaktu sekolah. Kami agak canggung karena sudah cukup lama tidak jumpa. Rata-rata mereka sudah menjadi kakek dan nenek.
Lebaran tahun 2023 kami harus membagi waktu. Dua anak kami menginginkan tetap di Kalimantan. Tidak ikut saya dan istri tercinta mudik ke Jawa Tengah. Rencananya, anak kedua kami, Arifin, mudik dari Jakarta ke Penajam, Kaltim. Tentu kami berharap Arifin mudik ke Penajam sebelum kami berangkat ke Jawa Tengah.
Arifin akan tinggal berdua bersama Adib, adik bungsu. Sementara itu, anak pertama kami, Yunus akan bersama saya dan istri ke Jawa Tengah. Yunus tidak pulang sendirian. Ia akan membawa istri dan dua anaknya, Zaki dan Kia.
Pada saat kuliah di Yogya, Yunus sering berlibur ke rumah Ibu Suparti di Jawa Tengah. Dengan demikian, hubungan antara Yunus dengan keluarga besar Sastro Martoyo cukup akrab. Demikina pula Arfin. Sewaktu kuliah di Yogya, Arifin juga sering berlibur ke rumah Ibu Suparti. Tidak terkecuali anak ragil kami, Adib. Ketika sekolah di SMA swasta di Magelang, Adib sering singgah ke rumah neneknya sebelum mudik ke Kalimantan.
Ketiga anak kami sudah cukup dikenal keluarga besar Sastro Martoyo. Dengan begitu, saat saya dan istri ke Jawa Tengah, sering ditanya kondisi ketiga anak-anak kami tersebut.