Dua Belas Tahun Belajar "Bahasa", Sudah Bisa Apa?
anak-anak memperoleh pelajaran bahasa Indonesia. Kemudian, tiga tahun pada jenjang SMP/MTs juga memperoleh pelajaran bahasa Indonesia. Selanjutnya, memasuki jenjang SMA/MA/SMK memperoleh pelajaran bahasa Indonesia pula. Total keseluruhan selama 12 (dua belas) tahun, peserta didik belajar (ala kadarnya) bahasa Indonesia.
Salah satu mata pelajaran yang selalu ada pada setiap jenjang sekolah formal adalah pelajaran bahasa Indonesia. Selama enam tahun pada jenjang Sekolah Dasar,Waktu yang cukup lama untuk dapat mengenal huruf demi huruf, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, klausa, kalimat majemuk, alinea, dan seterusnya. Selain itu, ejaan, tata bahasa, jenis wacana, laporan, dan seabrek materi kebahasaan yang mungkin sangat banyak untuk dituliskan.
Belum lagi pelajaran sastra, mulai puisi, prosa, dan drama. Ada pantun, syair, gurindam, puisi modern, cerita pendek, dan novel. Semua diajarkan (dipelajari). Setelah lulus SMA/MA/SMK, mereka bisa apa?
Selama dua belas tahun belajar bahasa, berapa banyak anak-anak itu yang sudah lancar menulis teks pidato untuk memberikan sambutan pada saat pelepasan siswa kelas akhir? Berapa banyak anak-anak yang dapat menulis puisi bebas dengan tema kekinian?
Setelah dua belas tahun belajar bahasa, berapa banyak anak-anak itu dapat menulis surat lamaran kerja dengan kata-kata pilihan sendiri yang "memukau"?
Silakan bertanya kepada anak sendiri di rumah, anak tetangga, atau anak kemenakan. Suruh mereka membuat satu tulisan sepanjang satu halaman folio bergaris tentang dampak penggunaan gadget bagi generasi muda, misalnya. Silakan menunggu, berapa lama tulisan itu akan dapat diselesaikan!
Seharusnya sudah Siap Terjun ke MasyarakatÂ
Siswa lulus SMA/MA/SMK seharusnya sudah pandai berbahasa Indonesia untuk berbagai keperluan sederhana, seperti membuat surat lamaran kerja, membuat teks untuk sambutan dalam acara resmi, menulis cerita pendek atau puisi, membuat laporan tertulis dan yang lain.
Bagaimana faktanya? Sebagian besar mereka masih harus membuka "mbah gugel" kalau dimintai tolong untuk membuatkan teks sambutan acara peringatan 17-an, misalnya. Mereka masih harus mencari referensi ketika adik-adiknya bertanya cara membuat laporan hasil percobaan, misalnya.
Belajar Bahasa Harus Banyak Praktik