Masih Perlukah Sekolah Formal?
sekolah jenjang SMP. Sebagai pengawas sekolah, kami sudah terbiasa mendatangi sekolah-sekolah yang berada di kabupaten kami. Di mana pun lokasi sekolah itu, kami bersemangat untuk berkunjung.
Pada hari Senin tanggal tiga puluh Januari 2023, kami berkunjung ke sebuahSelalu ada informasi terkini yang kami dapatkan dari sekolah yang kami kunjungi. Pada hari Senin terakhir di bulan Januari 2023 itu kami memperoleh informasi yang tidak biasa.
"Ada satu siswa di sekolah kami dibawa orang tuanya ke Jakarta. Ia akan fokus belajar khusus satu cabang olahraga di sana!"
Demikian kepala sekolah memberikan informasi kepada kami. Kemudian dengan tegas kepsek itu memberikan semacam ultimatum. Apa isinya? Anak itu masih harus mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan guru, meskipun sudah berada di Jakarta.Â
"Status anak itu masih bersekolah di SMP sini. Jadi untuk mendapatkan nilai pada rapor, tugas-tugas, PR, asesmen, dan tagihan lain harus dikerjakan. Kalau tidak mau mengerjakan tugas, ya, tidak ada nilai pada rapornya!"
Kami sebagai pengawas sekolah merenungkan hal itu. Ada dua sisi yang kami renungkan. Pertama, orang tua menginginkan anaknya memiliki keterampilan sejak dini. Apalagi cabang olahraga tertentu mensyaratkan atletnya dilatih sejak usia muda.
Hal kedua yang kami renungkan adalah posisi kepsek sebagai manajer dan pimpinan sekolah. Seorang kepsek harus memperlakukan secara adil semua peserta didiknya. Tidak ada yang boleh diistimewakan. Disiplin harus ditegakkan. Siswa yang tidak hadir di sekolah harus mendapatkan teguran.
Masalah timbul ketika siswa yang tidak hadir tersebut ternyata sedang bersekolah di tempat lain dalam rangka mengembangkan minat dan bakat untuk masa depannya.
Untuk itu diperlukan aturan atau tata tertib yang menyangkut hal itu. Sekolah tidak boleh melarang dan tidak pula melakukan pembiaran.
Masihkah Sekolah Formal Dibutuhkan?