Hari Rabu adalah hari pasar di Sepaku. Itu artinya, kami akan melewati kemacetan di dekat pasar. Para pedagang menjajakan barang dagangannya sangat mepet dengan jalan raya. Hal itu tentu membuat kurang nyaman para pengguna jalan.
Kondisi semakin diperparah dengan adanya sepeda motor yang diparkir di pinggir jalan raya. Lebar jalan pun terasa kian menyempit. Mobil dan sepeda motor yang lewat harus lebih berhati-hati. Salah sedikit bisa menyenggol atau menabrak kendaraan lain.
Hal yang agak aneh, lapak pedagang campur baur. Penjual pakaian berdampingan dengan penjual sate. Waduh, bagaimana jika pakaian yang dijajakan beraroma sate?
Pak Sugeng Mardisantoso cukup hafal daerah Sepaku. Beberapa tahun yang silam, Pak Sugeng Mardisantoso pernah bertugas di Sepaku. Untuk itu, saat ada belokan jalan menuju SMP 6 PPU, otomatis kendaraan dibelokkan.
Papan penunjuk arah hanya berukuran kecil. Jalanan yang tidak rata sudah di depan mata. Jalan masuk ke SMP 6 PPU kondisinya memang kurang baik. Pengemudi harus berhati-hati agar dapat menjalankan kendaraannya dengan aman.
Kebetulan hari Rabu itu ada komite sekolah. Ada acara mengumpulkan orang tua/wali siswa. Ada semacam pensi (pentas seni). Pada saat kami tiba, acara baru saja dimulai. Tujuan kami datang bukan untuk menghadiri kegiatan hari Rabu di SMP 6 PPU. Kami datang untuk melakukan sidak, mengecek kehadiran guru dan karyawan pada awal semester kedua. Untuk itu, saya, Suprihadi, dan Pak Sugeng Mardisantoso tidak bersedia memberikan sambutan.
Kami sempat mendengar acara demi acara yang diselenggarakan, mulai pembacaan doa, sambutan kepala sekolah, hingga sambutan komite sekolah. Ada satu tujuan kegiatan yang sempat saya dengar, yaitu pembahasan pengadaan pagar sekolah. Kepsek, Â Pak Sugeng Subandi dan komite sekolah sangat berharap agar pagar sekolah segera dapat diwujudkan dengan gotong royong. Partisipasi para orang tua/wali sangat diharapkan.
Setelah administrasi sidak diselesaikan, kami dipersilakan menikmati hidangan yang masih hangat. Para warga sekolah yang memasak. Dengan begitu, masakan terasa masih hangat dan tentu saja sangat nikmat. Siapa yang memasak, ya?
Ortu duduk melantai di sekeliling tempat acara. Kegiatan di SMP 6 PPU hari Rabu itu memang cukup sederhana. Podium dibuat di dekat pintu masuk ruang guru bagian dalam, dekat halaman upacara. Para siswa dan ortu duduk di selasar atau teras kelas.
Sebelum meninggalkan SMP 6 PPU, saya sudah menginfokan keberadaan kami kepada Pak Supardi. Info saya sertai foto. Ada satu kalimat yang saya tuliskan di bawah foto yang saya kirimkan.
"Boleh singgah kah?"