Agenda Akhir Tahun
agenda yang tepat. Apa agenda Anda?Â
Tahun 2022 akan segera berakhir. Bulan Desember tahun 2022 tentu akan menjadi kenangan indah jika kita merencanakanPara pecinta sepak bola tentu sibuk dengan agenda nonton Piala Dunia. Mereka selalu asyik bercerita pertandingan yang usai ditontonnya. Komentar ini dan itu disampaikan bak pengamat profesional. Penulis yang hobi sepak bola memiliki keuntungan ganda. Ia dapat menyaksikan pertandingan dengan lebih cermat kemudian menuliskan hasil menonton itu dengan gaya yang menarik.
Pada sisi lain, kaum wanita pun tidak sedikit yang suka sepak bola, baik sebagai penonton maupun penulis (mengulas jalannya pertandingan). Keasyikan mereka melebihi hobi yang lain.
Untuk warga dunia yang tidak hobi sepak bola tentu sudah menyiapkan agenda akhir tahun. Libur sekolah sudah dekat. Cuti (kerja) akhir tahun sudah direncanakan. Acara berlibur keluar kota, mengunjungi objek wisata, atau bersilaturahim ke rumah keluarga yang jauh tempat tinggalnya, atau agenda nonton yang lama tertunda. Mereka menyiapkan agenda yang umumnya bersifat "bersenang-senang". Seolah bencana, musibah, atau hal-hal yang mengandung unsur kesedihan tidak masuk menjadi agenda. Mungkin dengan menyumbang beberapa ribu, ratus, atau juta rupiah sudah cukup. Biarlah orang lain yang mengurusi korban bencana. Mungkin itu prinsip mereka. Dengan menyumbang atau memberikan bantuan, dianggapnya kewajiban sudah gugur.
Benarkah demikian?
Sebagai warga dunia yang memiliki simpati, empati, dan rasa gotong-royong, kita seharusnya memiliki agenda (kesibukan) khusus yang berhubungan dengan penanganan musibah jangka panjang.
Sebagian besar masyarakat dunia belum mengetahui bahwa setiap musibah itu ada penyebabnya. Bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS Asy-Syura:30).
Berdasarkan pengalaman musibah atau bencana alam sebelumnya, seharusnya masyarakat lebih pintar dalam mengantisipasi terulangnya bencana tersebut.
Ada peribahasa yang sangat populer, "Kalau takut dilimbur pasang, jangan berumah di tepi pantai." Â Peribahasa itu sangat jelas maknanya. Jika takut (tidak ingin) terkena air pasang (air laut), jangan membangun rumah di tepi pantai.