Menghadiri Perayaan HUT ke-38 SMA 1 PPU, 4 November 2022
Acara ulang tahun SMA 1 PPU. Saya terharu sekaligus merasa bahagia. Sudah sejak tahun 2004 saya meninggalkan sekolah itu setelah 17 (tujuh belas) tahun menjadi guru bahasa Indonesia. Meninggalkan dalam arti sudah tidak berdinas lagi di sana. Kalau berkunjung, bertamu, atau memenuhi undangan cukup sering saya lakukan.
Hari Kamis tanggal tiga November 2022 sore ada surat undangan diantarkan ke rumah.acara reuni siswa, acara ulang tahun sekolah, dan acara-acara khusus, saya dan mantan guru SMA 1 yang lain sering diundang untuk menghadiri.
Pada setiapPada hari Jumat pagi, saya ke kantor disdikpora lebih dahulu untuk mengikuti apel pagi. Sebelum berkumpul di halaman, saya melakukan presensi  fingerprint. Alat yang terpasang di dekat pintu masuk ruang sekretaris disdikpora itu masih baru.Â
Semua pegawai disdikpora diwajibkan "pinjer" (isitilah gaul melakukan presensi dengan alat perekam digital itu). Untuk penilik dan pengawas sekolah belum dilakukan aturan khusus, mengingat sering bertugas ke lapangan (ke sekolah-sekolah binaan).
Pengawas sekolah yang berdomisili di Kecamatan Babulu terlihat hadir cukup pagi. Pak Tri Wahjoedi dan Pak Imam Mudin dengan wajah ceria bergabung dengan kami di ruang pengawas. Saat apel tiba, kami segera berbaris di teras dekat pintu utama kantor disdikpora.
Pak Daman, sekretaris disdikpora bertindak sebagai pembina apel. Dalam sambutannya, Pak Daman menyampaikan bahwa aturan presensi  fingerprint sudah diberlakukan mulai tanggal satu November 2022. Dampak kelalaian dalam presensi (baik saat jam masuk atau jam pulang) akan berpengaruh dalam penerimaan insentif (TPP=Tambahan Penghasilan Pegawai). Aturan pemotongan TPP belum saya ketahui. Semoga belum diberlakukan pada bulan November 2022.
Apel selesai. Barisan dibubarkan. Para pengawas sebagian masuk ke ruang 1. Sebagian yang lain masuk ke ruang 2. Sebagian lagi ada yang menuju bangku panjang di dpan ruang 1. Masing-masing memiliki kecenderungan tidak sama.
Saya pun segera meluncur menuju SMA 1 PPU, memenuhi undangan perayaan HUT ke-38 sekolah yang penuh kenangan itu. Keramaian langsung menyergap begitu tiba di lokasi sekolah. Saya memarkir sepeda motor di pinggir jalan, bukan di halaman sekolah. Selesai memarkir kendaraan saya menyempatkan waktu untuk memotret papan nama sekolah.
Guru-guru yang pernah mengajar di SMA 1 PPU dan sudah pensiun atau pindah tugas cukup banyak yang datang.
Memasuki arena perayaan, saya fokus memperhatikan panggung yang berada di bagian pinggir lapangan upacara. Posisi panggung sama dengan perayaan ulang tahun sebelum pandemi Covid-19.Saya merasa terharu masih dapat berjumpa Pak Yahya, mantan guru bahasa Indonesia dan juga mantan kepsek SMA 1 PPU, Pak Aloysius Mado, mantan guru Sosiologi, Pak Kabur Damianus, mantan guru Tata Negara, Pak Sutiman, mantan guru Ekonomi dan Akuntansi, Pak Suwito, mantan guru Ekonomi dan Akuntansi, Bu Latifah, mantan guru Kimia, Pak Ismail Nurdin Said, mantan guru Geografi, Bu Rusmalahati, mantan guru bahasa Indonesia, dan Pak Mokhamad Syafii, mantan guru Fisika.