Tidak Tahu atau Tidak Mau Tahu?
Dalam penulisan istilah atau kata dalam bahasa Indonesia, sudah ada badan atau lembaga yang menangani. Lembaga ini menentukan suatu kata harus ditulis seperti apa, khususnya kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing dan bahasa daerah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sudah dtentukan, misalnya, penulisan kata yang baku adalah "zaman" bukan "jaman". Kalau kita buka kamus itu (sudah ada kamus dalam bentuk aplikasi yang dapat diunduh lewat playstore), kita ketik kata "jaman", memang akan muncul dalam aplikasi itu kata "jaman" dengan keterangan: bentuk tidak baku dari:"zaman".
Hal itu menandakan bahwa kata "jaman" tidak baku dan kata yang baku adalah "zaman". Mungkin ada yang protes bahwa banyak penulis yang masih menggunakan kata "jaman" dalam artikel-artikelnya.. Protes boleh-boleh saja. Sebagai pengguna bahasa Indonesia yang ingin karya-karya kita termasuk karya yang "taat aturan" tentu kita harus menyesuaikan diri.
Baca Juga: Datanglah, Kutunggu Kehadiranmu!Â
Mungkin ada alasan bahwa tidak tahu jika kata "zaman" yang benar (kata yang baku). Kalau tidak tahu dan saat ini sudah diberi tahu, apakah masih "tidak mau tahu?"
Hidup adalah pilihan. Kita boleh memilih mana yang digunakan. Namun, sebagai penulis yang ingin (selalu) lebih baik, tentu kita akan (selalu) belajar demi kemajuan.
Ada sedikit intermeso. Kami mempunyai teman kepala sekolah bernama Pak Jaman. Kemudian sekretaris Dinas Pendidikan kami bernama Pak Daman. Teman kepala seolah lain bernama Pak Damas.Tentu, kami harus berhati-hati menyebut nama mereka. Salah menyebutkan satu huruf, akan berakibat fatal. Salah menyebut satu huruf berarti salah orang.
Kata Baku: praktik, apotek, atlet, antre, kuitansi, jenazah.
Tidak baku: praktek, apotik, atlit, antri, kwitansi, jenasah
Demikian sekilas motivasi kepada para penulis, termasuk saya pribadi. Semakin banyak belajar akan semakin kurang pengetahuan kita.