Mohon tunggu...
Supriatin Za
Supriatin Za Mohon Tunggu... -

merangkai huruf yang tercecer,teruntai dari imajinasi dan inspirasi,setidaknya punya arti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Redam

22 November 2011   09:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Egoisku membuatku gerah

Porak poranda jejakku

buncah rasa menelan logika

akal sehat merapuh patah

kini hampa dalam lemas

ragaku serasa lumat

gelap terasa hitam

pahit tiada lagi rasa

sia-sia nyata

sesal memenjaraku

Kaki terantai

hati terborgol

jantung remuk

hilang bentuk

Ranting-ranting retak

dahan tiada lagi batang

daun kering berguguran

kabut tak lagi sejuk

angin taklagi dingin

isi ini kosong

kemana lagi mata kutatapkan

kamana lagi kaki kulangkahkan

semua hilang

semua sirna

secuil hati perih merintih

pasrah dan berserah

menyerah

Tuhanaku malu di depan-Mu

Tapi aku harus ada di depan-Mu

Tuhan aku malu mendekati-Mu

tapi aku harus dekat dengan-Mu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun