Mohon tunggu...
Supriatin Za
Supriatin Za Mohon Tunggu... -

merangkai huruf yang tercecer,teruntai dari imajinasi dan inspirasi,setidaknya punya arti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KELUHKU

23 November 2011   01:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada siapa harus kukabarkan

Tentang Citarum dan keluhnya

Tercemar dan teracuni

Berkostum sampah sepanjang hari

Aroma parfumnya peningkan kepala

Mercuri makin beraksi

Polusi mencabik tiada henti

Makin ngeri,makin merinding

Jari-jari bumi makin terkikis

Tebing-tebing kian keropos

Pasir dan bebatuan terus dicakar

Digerogoti siang dan malam

Jadi komoditi -ego picik

Akar pohon tak lagi bisa mencengkram

Longsor kian geram

Citarumku sayang

Citarumku malang

Masih bernyawakah undang-undang lingkungan

Atau aturan sudah mati suri

Sementara sanksi hanya jadi peruntungan

Alam rusak tiada peduli

Pada siapa harus kukabarkan

Pada siapa harus kukeluhkan

Tentang Citarum yang makin suram

Atau akan dibiarkan saja

Ekosistem Citarum karam

Aaah..jangan diam saja

Kalau memang masih punya cinta

jangan hanya wacana

tapi karya yata

dengar……!

Pandang…..!

lalu renugkan…!

masihkah Citarum punya arti ?

masihkah tersisa cinta

untuk Citarum

yang kini rintih memelas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun