Mohon tunggu...
Supriati Ningsih
Supriati Ningsih Mohon Tunggu... -

melangkah dengan pasti dan optimis,tabah dan sabar menghadapi ringtangan,mensyukuri sekecil apa pun yang didapat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menantimu

23 April 2011   05:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah berapa kali tlah kuhela napas panjang

Rasaku menyeret hingga ke dinding perih

Seperti sebuah halusinasi mimpi

Tak kumengerti walau berulang kali kurenungi

Kau menjelma hanya dalam bayangku

Pertemuan kita bagai sebuah imajinasi

Ketika bulan merah bulat menatapku tajam

Sesosok bayang menari diantara tatapanku

Kumerasa itu adalah kau..ya kamu

Yang pernah lantang berjanji

Tapi kini tiada lagi

Tiada kau lagi

Aku hanya diam dan diam

Hari-hariku disetubuhi dengan rindu

Rasa yang pernah mekar diantara kita

Kini bagai bara dalamsukma

Celoteh dan manjamu remukkan kalbuku

Kau tiada lagi…entah dimana

Kenapa kau tak surutkan rinduku

Tak terhitung hari aku mencarimu

Tak terhitung waktu aku menunggumu

Gemuruh rinduku tak pudar juga

Aku menunggu kepastianmu

Dimana kau kini

Sendiriku semakin sepi

Senyap dalam kehampaan

Bulan merah semakin tajam menatapku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun