Mohon tunggu...
Supriati Ningsih
Supriati Ningsih Mohon Tunggu... -

melangkah dengan pasti dan optimis,tabah dan sabar menghadapi ringtangan,mensyukuri sekecil apa pun yang didapat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

GAMANG

22 April 2011   23:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kutelusuri panjangnya sungai Citarum

Cadik kecil membawaku

Menaklukan derasnya arus air

Sisi kiri dan kananku

Keramba ikan menghiasi permukaan sungai

Mengacaukan pemandanganku

Mengaburkan ilustrasiku

Aku tertunduk dan kugelengkan kepalaku

Kupandangi sepanjang pantai ,pesisir dan tebing

Remuk tatapanku dibuatnya

Semuanya telah berubah

Tebing yang dulu hijau

Dengan pohon yang rindang menjulang

Pesisir yang dulu tangguh

Kini meranggas dan keropos

Sepanjang alur sungai Citarum

Telah dicakar habis para penggali pasir

Pepohonan tlah tumbang tergerus longsor

Karena tak ada lagi tempat akar mencengkram

Kuusap dadaku.kutarik nafas panjang

Sesak terasa menggemas

Hingga air mata pun tak dapat kubendung lagi

Aku menangis..tapi bukan karena

Aku takut kehilangan

Yang kutangisi anak cucuku

Mungkin tak sempat memandang

Betapa indahnya Citarum

Dan kini tinggal sisa reruntuhan

Yang terbinasakan oleh ego

yang diwariskan kepada mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun