Mohon tunggu...
Suprianto Annaf
Suprianto Annaf Mohon Tunggu... -

Sebagai editor, dosen, dan jurnalis, tinggal di Tangerang Selatan. Sering memberi pelatihan penyuntingan bahasa dan cara menulis kreatif dan selalu termotivasi untuk menyampaikan kebenaran melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hutan Lindung yang Buntung

10 Januari 2014   14:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan di tengah hutan lindung Lampung menuju Bengkulu Selatan merupakan pengalaman yang tak dapat dilupakan dengan cepat. Banyak catatan yang mengusik hati untuk dituliskan dan berbagi kepada pembaca Kompasiana.

Sesaat setelah melewati daerah Krui menuju Bengkulu hawa sejuk pegunungan kian terasa. AC mobil sudah mulai dimatikan karena kaca sudah dibuka. Terasa dingin dengan angin semilir membawa hawa gunung dan sesekali aroma padi dari hamparan sawah di sepanjang jalan.

Tak lama mobil pun menanjak memasuki hutang lindung. Asyik. Sungguh kami menikmati udara segar yang tidak akan pernah ada di sekitar Jakarta. Saat itu waktu menunjuk pukul 16.00 WIB. Suara burung dan serangga kecil yang baru kali ini saya dengar sangat mengasyikkan dan menggugah untuk segera melihatnya. Rombongan primata meloncat di antara dahan dengan sesekali terdengar berteriak.

Wow hutan Indonesia masih begitu indah dan luas, ya! Berkali-kali di antara kami berteriak dan saling berkomentar tentang alam yang indah ini.

Namun, tak berapa lama di tengah-tengah hutan itu kami melihat pemandangan yang sungguh ironi. Hutan lindung yang hijau terbentang dibabat untuk dijadikan kebun warga. Pandangan tertuju pada hamparan kebun kopi atau jati yang terlihat menghijau. Hutan lindung yang benar-benar penuh dengan pepohonan besar hanya ada di sekitar 200 meter dari jalan, setelah itu hutang sudah bolong berlubang-lubang karena ulah jail manusia. Sungguh tak lazim bila hutan  lindung dibabat lalu berganti tanaman komersial. Di mana kontrol perintah kita. Kenapa ini terjadi?

Pembicaraan kami beralih pada pemandangan ironi di hutan lindung itu. Belum lagi di jalanan menurun sepanjang 1 kilometer sebelum Provinsi Bengkulu. Terjal tanpa aspal yang memadai alias berlubang. Pantas saja di sekitar ini sering terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa.

Sekian dulu karena kami harus mencari penginapan di daerah Kaur, Bengkulu.

@suprianto annaf

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun