hampir sebagian besar masyarakat di belahan dunia sedang merayakan euforia menikmati liburan awal tahun yang sangat menyenangkan. luapan perasaan yang melahirkan cara dan sudut pandang yang beragam dalam merayakannya, ada yang berkumpul bersama keluarga, teman, bahkan yang lebih spesial lagi adalah sang kekasih pujaan hati...ungkapan yang sangat pantas di goreskas bagi para penulis muda terutama para sahabat penulis di kompasiana hingga para sahabat penulis terdekatku di klinik menulis universitas azzahra.
berawal ketika aku melihat suasana lingkungan kampus yang sepi. tidak lagi terlihat adanya kegiatan rutinitas yang seperti biasanya, dalam termenung aku marasakan hal yang wajar dan sudah sangat lumrah terjadi pada waktu-waktu libur seperti ini. namun di saat hati ini mencoba membujuk pikiran dan anggota tubuh yang lainya untuk beranjak pulang menuju kampung halaman, sekilas terdapat sesuatu hal yang mengganjal.
dengan malas aku pun menjawabnya. ah, itu hanya sekedar perasaan aku aja. dan tanpa berpikir panjang lagi langsung saja ku ambil tas yang masih berada di dalam sebuah ruangan kecil. Hotel Intelektual tempat kami semalam menginap. terlihat masih ada reza dan ipang sahabat ku di komunitas klinik menulis yang masih tertidur pulas, tanpa ada niat untuk mengganggu tidurnya. dengan sangat terpaksa aku harus membangunkan ipang yg tampak kelelahan, untuk mengambil modem flas ku yang semalam sempat di pinjam olehnya.
di tempat lain terlihat pula kafe sederhana yang berada tepat di tepi Hotel Intelektual, di mana para sahabat ku kelinik menulis yang lainnya sedang duduk santai sambil memanatap notebook di bangku - bangku kafe yang sedang libur. dengan langkah perlahan aku berjalan menuju para sahabat untuk pamit pulang, sekaligus mengambil notebook ku yang sedang mereka gunakan. lagi-lagi aku menggangu para sahabat yang sedang asik menonton serial kartun One Piece. begitulah cara kami dalam mengurangi penat yang sedang melanda.
setelah selesai berpamitan kepada para sahabat dan mengambil notebook yang mereka gunakan, langkah ku pun kemudian langsung tertuju pada stasiun kreta api Tebet. alat transportasi yang murah meriah dan sudah biasa ku gunakan tuk pulang ke rumah. di tengah-tengah perjalanan tampak jalan raya yang biasanya terlihat sangat padat kini sangat kosong, sempat terpikir tuk menghitung setiap kendaraan yang lewat. namun pemandangan ku teralihkan ke tepi-tepi jalan yang terdapat pertokoan, ruko-ruko, perkantoran, pedagang kaki lima dan para tukang parkir yang biasa memarkirkan kendaraan di pingir-pingir jalan.
untuk hari ini tak terlihat lagi ada kesibukan-kesibukan yang biasanya telah menjadi rutinitas keseharian. lagi-lagi terbesit setuatu yang menganjal di pikiranku, sambil berjalan menuju stasiun aku pun mencoba tuk memikirkannya.
beberapa waktu kemudian tiba juga aku di stasiun kreta api tebet, suasana yang sepi pula aku dapati di sini. para penumpang dan para pedagang yang terdapat di stasiun tampak lengah. sudut demi sudut stasiun coba ku perhatikan sangat tampak sekali tidak ada kesibukan-kesibukan sedikit pun yang bisa aku lihat. dan pikiran aku ini pun menjadi semakin tak karuan.
tak lama berselang, kereta api untuk tujuan akhir stasiun bogor yang hendak aku naiki telah datang. pada saat yang bersamaan kreta tersebut mulai berhenti perlahan. setelah kreta sudah benar-benar berhenti dengan pikiran yang sedang gelisah aku langkahkan kakiku tuk masuk kedalam rangkaian gerbong kreta yang sedang menantiku. dan tak lama kemudian kereta mulai bergerak perlahan meninggalkan stasiun untuk melintasi kampung halamanku.
tanpa diduga, kudapati sesuatu pertanyaan yang selalu terbesit dalam sepanjang perjalananku tadi. memori ku mulai membuka kembali kejadian-kejadian semalam, tepat malam tahun baru yang masih hangat tersimpan dalam ingatan, lalu aku pun membukanya satu persatu secara perlahan. kejadian semalam, disaat kami sedang berkumpul membicarakan rencana-rencana yang di tawarkan untuk resolusi tahun 2012 ini yang telah kami buat. dengan sendirinya ingatan itu tergambarkan sangat jelas.
sebuah pertanyaan saderhana yang muncul, dan harus ku jawab dengan jujur. sehingga sempat membuat ku terdiam sesaat. lalu dengan penuh kejujuran aku pun harus mengakuinya. tepatnya tanggal 1 januari akan menjadi hari terburuk sepanjang masa. bila setiap tanggal 1 januari menjadi satu langkah awal, sebagai permulaan start yang segera di kerjakan, dalam merealisasikan semua perencanaan yang telah di buat di akhir tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H