1.Latar Belakang
Kalau benar potensi kekayaan laut kita bisa menyumbangkan pendapatan negara sampai 3.000 triliun/th, dapat dipastikan kehidupan masyarakat akan segera “bergeser ke arah laut”—ada gula ada semut.
Bagaimana kira-kira kondisinya? Marilah kita bermimpi—membangun visi.
[caption id="attachment_357029" align="alignnone" width="650" caption="Gambar 1. Kota Pelabuhan Perikanan"][/caption]
Lima tahun ke depan, di daerah pesisir akan dibangun “pelabuhan-pelabuhan baru” sebagai parasarana bisnis perikanan. “Pasar-pasar pelelangan ikan baru” akan dibangun di sekitarnya. “Industri pengolahan ikan baru” juga akan berdiri di sana, Gambar 1.
"Lapangan kerja baru" akan tersedia secara besar-besaran.
Perputaran uang dalam jumlah besar akan terjadi di daerah itu. Cepat atau lambat “kota baru” akan tumbuh dengan “jalan-jalan baru” mengakses ke sana—dari kota lama. “Perumahan-perumahan baru” pun akan tumbuh menjamur—mengikuti.
“Kapal-kapal penangkap ikan baru” yang cukup besar akan datang dan pergi silih berganti dengan nelayannya yang energik dan penuh harapan. Di sela-selanya pastinya ada “kapal-kapal penumpang baru” baik umum maupun pribadi—tidak ketinggalan “kapal-kapal wisata baru”.
Demikianlah hiruk pikuk kehidupan masyarakat akan bergeser ke arah laut--yang penuh harapan.
Sementara itu berita-berita tentang guru honor yang incomenya 150 ribu/bl—langsung dari Mendikbut di Hari Guru Nasional 25 November 2014--sungguh mengusik rasa kemanusiaan, Gambar 2. Kita bersyukur hal itu telah menjadi prioritas utama Mendikbud—menentukan UMR bagi para guru honor.
[caption id="attachment_357032" align="alignnone" width="300" caption="Gambar 2. Guru Honorer yang Ter-marjinal-kan secara Tidak Manusiawi"]