Mohon tunggu...
Suprapti
Suprapti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Mengajar matematika di Kota Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19, Memaksa Hidup dalam Jaringan Pembatasan Sosial

10 Agustus 2020   14:06 Diperbarui: 10 Agustus 2020   14:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak penyebaran wabah Covid-19 diumumkan secara resmi oleh pemerintah, semenjak itu pula rasa was-was atau khawatir bahkan ketakutan langsung menyeruak. Seiring dengan berlalunya waktu, korbanpun mulai berjatuhan. Dalam waktu hanya beberapa hari korban sudah mencapai puluhan. Satu demi satu korban berguguran di beberapa daerah. Dan yang paling banyak tentu saja di wilayah Jakarta. Hal ini agak wajar karena Jakarta sebagai ibukota merupakan daerah yang paling banyak jumlah penduduknya. 

Berbagai upaya telah dilakukan oleh gubernur DKI Anies Baswedan. Dari mulai himbauan hidup bersih dengan sering-sering mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun antiseptik, penyemprotan ruang publik dengan cairan disinfektan, sampai pada pembatasan jarak interaksi antar personal. Dan memang, usaha-usaha gubernur DKI ini pantas kita apresiasi dengan baik karena bisa menjadi rujukan bagi kepala daerah-kepala daerah lain untuk mengambil tindakan serupa.

Semakin hari, semakin menunjukkan bahwa Covid-19 akan banyak membawa korban di negeri ini. Karena seperti kita ketahui semua bahwa kelahiran Covid-19 ini adalah dari wilayah Wuhan, China. Sedangkan tidak sedikit orang-orang China yang masuk ke negeri ini. Demikian juga tidak sedikit pula orang-orang China keturunan dan pribumi Indonesia bolak-balik ke negeri tirai bambu tersebut untuk berbagai urusan. Korban di wilayah Wuhan sendiri sudah sangat banyak. Sedangkan negara-negara lain yang terserang Covid-19 ini sudah pula merilis jumlah korban di masing-masing Negara mereka. Luar biasa, ternyata korban Covid-19 ini sudah cukup besar, terutama di Negara Italia yang sampai saat ini sudah mencapai belasan ribu. Benar-benar luar biasa penyebaran dan bahayanya virus ini.

Situasi dan kondisi yang demikian tersebut secara langsung mempengaruhi psikis/mental warga negara lain. Tak terkecuali negeri kita, yang kemudian menerapkan Social Distancing pada seluruh warga yang beraktifitas diluar rumah. Sebuah sikap menjaga jarak interaksi antar personal minimal 1 meter sampai 3 meter. Selain menjaga jarak, pemerintah juga menerapkan himbauan keharusan menggunakan masker penutup mulut dan hidung. Upaya ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus melalui sentuhan dan bersin. Terakhir, pemerintah tak bisa lagi menahan diri untuk tidak melakukan pembatasan sosial secara total dengan mengharuskan warga untuk tidak keluar rumah apabila tidak dalam kondisi sangat penting. Hal ini berlaku dalam jangka waktu minimal 14 hari dan bisa berubah lebih lama apabila situasi dan kondisi belum menunjukkan perubahan yang positif membaik. Benar-benar situasi dan kondisi yang sangat tidak menyenangkan bagi warga yang sudah terbiasa bebas. Sampai kapan kondisi ini akan berlangsung, jawabannya masih menjadi teka-teki bagi hampir semua warga di negara ini.

Hidup dalam jaringan.

Ketika pembatasan sosial berskala besar sudah diberlakukan, (meski saat ini belum semua daerah memberlakukan) maka kondisi darurat kesehatan secara langsung juga sudah otomatis akan menyertainya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi seperti ini? Terkungkung dalam rumah satu hari saja kadang kita tidak betah. Apalagi harus berdiam diri dalam rumah untuk waktu yang belum pasti sampai kapan berakhirnya. Tak ada pilihan lain kecuali mengganti interaksi sosial fisik kita dengan interaksi sosial melalui jaringan internet. Tentu saja perangkatnya harus memadai dan jaringan internet juga harus selalu tersedia. Kalau untuk perangkat bisa dipastikan bahwa sudah hampir setiap warga bisa mempunyai dan bisa mengoperasikannya. Terutama bagi mereka yang berusia 55 tahun ke bawah. Meski tidak sedikit mereka yang berusia diatas 55 tahun juga sering terlihat aktif menggunakan fasilitas chatting dan sosmed lainnya semacam Facebook atau channel You Tube.

Nah sekaranglah waktu yang tepat untuk  mengenal lebih dekat dengan dunia maya. Anda bisa berchatting ria dengan menggunakan beberapa aplikasi seperti Whatsapp Messenger, Facebook Massanger, Telegram, Google Talk, Line,  WeChat, Hangouts, Skype, KakaoTalk, BeeTalk, MiChat, Snapchat dan masih banyak lagi aplikasi chat yang lain. Semua aplikasi chatting diatas hadir dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tetapi yang paling dominan saat ini sepertinya ada di jenis Whatsapp Messenger. Jenis aplikasi chatting ini sangat populer di berbagai kalangan. Baik anak-anak, remaja maupun dikalangan dewasa bahkan manula.

Dengan beberapa aplikasi chatting tersebut, kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita kenal diluaran. Baik untuk urusan pribadi, urusan pekerjaan, urusan sosial atau hanya sekedar pembicaraan ringan semacam guyonan. Dengan aktifitas chatting untuk sementara kita bisa melupakan kebosanan saat kita harus berada dalam rumah karena Sosial Distancing. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada aplikasi lain yang lebih menarik untuk digunakan bersosmed. Aplikasi semacam Facebook dan Instagram bisa digunakan untuk saling tukar informasi perkembangan berbagai berita-berita yang menurut kita cukup menarik untuk diposting. Jika suka posting video dan menikmati informasi visual kita bisa menggunakan channel youtube. Singkat kata, kita bisa membunuh kejenuhan dalam rumah dengan memanfaatkan jaringan internet untuk mencari tahu perkembangan dunia luar.

Masih ada pilihan bagi yang suka berselancar di internet, yakni dengan mengunjungi website tertentu yang berisi info-info tentang segala hal yang up to date dan bisa dipercaya. Atau memposting artikel ke blog pribadi bagi yang suka menulis atau membuat artikel. Tentu saja konsep artikel harus dipersiapkan lebih dulu agar waktu posting bisa lebih singkat. Kalau untuk posting ke website tertentu kita wajib membuat akun ke website tersebut dengan cara mendaftar dulu. Sedangkan untuk bisa posting ke blog pribadi baik yang berbayar maupun yang gratis, kita wajib membuat blog baru terlebih dulu dengan cara-cara yang telah ditentukan dengan sistem. Bisa di Yahoo, Blogspot Atau di Wordpress. Nah tinggal pilih, mana kiranya yang menjadi pilihan kita. Tentu saja, semua tetap membutuhkan jaringan agar bisa terhubung dan tersampaikan ke ruang publik.

Khusus bagi kita yang masih aktif mengajar, baik mengajar di bangku SD, SLTP, SLTA maupun dosen di perguruan tinggi ada kewajiban untuk mengajar siswa-siswa atau mahasiswanya dari rumah. Sedangkan bagi seluruh Siswa , dari jenjang TK sampai dengan mahasiswa juga ada kewajiban belajar dirumah. Tentunya harus berada dalam jaringan juga. Untuk sementara sampai dengan waktu yang belum dapat ditentukan pilihan belajar dalam jaringan ini masih menjadi alternatif terbaik dalam proses belajar mengajar. Sementara keputusan untuk belajar dengan cara tatap muka masih terkendala oleh situasi pandemi dan kondisi new normal, tak ada pilihan lain bagi kita untuk masuk dalam dunia maya meski dengan segala keterpaksaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun