Brand Image terdiri dari dua kata yaitu, Brand/ merek dan Image/ Citra. Sebelum berbicara tentang Brand Image tidak ada salahnya untuk kita membahas arti dari Brand/merek. Pengertian umum Merek merupakan suatu atribut penting dari sebuah produk yang penggunaannya saat ini sudah meluas. Selain itu, merek merupakan identitas untuk membedakan identitas produk perusahaan dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing. Merek juga dapat membantu perusahaan untuk memperluas lini produk serta mengembangkan posisi pasar yang spesifik bagi suatu produk. Gagasan-gagasan mengenai merek yang paling tahan lama adalah nilai, budaya dan kepribadian yang tercermin dari merek tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah merek. Kemudian pengertian dari Image/ citra, Menurut Kotler (2002:629) adalah : “Citra (image) adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek”. Sedangkan menurut Wilson Arafat (2006:27) adalah : “Image adalah persepsi masyarakat terhadap jati diri dari suatu perusahaan”. Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa image merupakan persepsi seseorang terhadap perusahaan berdasarkan atas apa yang mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan dan dapat saja dipandang secara berbeda secara dimetral sesuai dengan kaca mata sudut pandang yang dipakai. Citra konsumen yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian. Merek yang baik menjadi dasar untuk citra perusahaan yang positif.
Pengertian brand image menurut Wilson Arafat (2006:53) adalah “Brand Image didefinisikan sebagai persepsi terhadap merek yang direfleksi oleh asosiasi merek dalam memori konsumen yang mengandung makna bagi konsumen”. Pengertian brand image menurut Fandy Tjiptono (2005:49) adalah : “brand image atau brand description yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa brand image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image. Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk dibenak konsumen secara massal. Setiap orang akan memiliki pencitraan yang sama terhadap sebuah merek.
Dalam dunia sepakbola yang menjadi Brand atau merek adalah klub sepakbola dan yang menjadi konsumennya adalah pendukung tetap, pendukung musiman dan masyarakat luas. Sedangkan penjaga image atau citra merek itu adalah unsur tim, suporter, dan prestasi yang dihasilkan. Jadi yang menjadi Brand itu adalah PSS Sleman dengan konsumennya adalah BCSxPSS 1976 dan Slemania, pendukung lain dan masyarakat di seputaran Sleman. Untuk bisa memperoleh brand image yang baik maka PSS Sleman harus berprestasi, Pendukungnya juga mampu menjaga kelakuan saat bersinggungan dengan kepentingan masyarakat yang lain diluar Brand ini. Oleh karena itu PSS Sleman sebagai sebuah Brand harus mampu mencerminkan 3 hal, yaitu: Membangun karakter produk , Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para pesaingnya dan Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional kepada para konsumennya. Untuk bisa memberikan Brand Image yang bagus maka PSS Sleman harus berprestasi dan memiliki sebuah tim marketing yang kredibel. Tim marketing ini nantinya yang bertugas untuk mengembangkan brand image yang sudah dibentuk oleh si brand/merek, PSS Sleman.
Perjalanan yang terjadi di Selasa siang, 7 Januari 2014, di Jl. Shinta Raya Blok DB4, Villa Pamulang, Tangerang, Banten, itu memberikan pengalaman yang berharga bagi saya tentang brand image ini. Meskipun bertajuk pertemuan dalam rangka membahas sebuah penawaran kerja di Akademi Villa 2000 FC, tapi banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa saya ambil dari seorang Ganesha Putera, Academy Director Of Villa 2000 FC. Sebuah akademi sepakbola yang baru beranjak profesional pada 1 tahun ini. Coba saya bandingkan apa yang dipunya oleh klub kebanggaan saya, yang ngakunya profesioanal, ternyata PSS Sleman masih belum benar benar berjalan secara profesional. Selain akademi pembinaan pemain muda yang belum terintegrasi dengan klub seniornya, sebutan klub profesional di lini lain masih belum berjalan sempurna. Terutama sisi Marketing atau pemasaran.
Villa 2000 FC meskipun usianya lebih muda, Klub ini mempunyai sebuah tim marketing yang solid dan cerdas. Klub ini memang 70% dana operasionalnya mengandalkan dana dari sponsor karena memang kalau mengandalkan dana dari lini Tiket sangat kurang. Maklum masyarakat sekitar tentu akan lebih memilih Persija Jakarta, Persita Tangerang atau bahkan Persib Bandung. Selain itu Klub ini dalam menjalani laga kandaang masih belum mempunyai stadion kandang yang tetap dan menumpang. Contohnya musim lalu saja, Klub ini pernah menggunakan kandang di Stadion Bea Cukai Rawamangun, yang dari sisi lokasi saja sangat jauh dari Villa Pamulang. Bandingkan dengan PSS Sleman yang sudah mempunyai Stadion Maguwoharjo dan suporter tetap, Slemania dan BCSxPSS 1976.Saya salut dengan kinerja Tim Marketing Villa 2000 FC yang bisa menggaet beberapa sponsor dalam menjalankan program akademi dan tim senior mereka. Saya lihat perusahaan sekelas Pertamina pernah menjadi sponsor di salah satu event yang mereka selenggarakan.
Dalam menggali dana operasional klub, tim marketing Villa 2000 FC tidak hanya mengandalkan pengajuan penawaran sponsor tapi mereka juga menciptakan beberapa event pendukung seperti, Coaching klinik, seminar tentang sepkbola yang menghadirkan beberapa tokoh sepakbola nasional, menyelenggarakan turnamen sepakbola dan futsal dan beberapa event lainnya yang diselenggarakan secara kontinyu dalam satu musim kompetisi. Saya melihat sektor ini yang kurang menjadi sasaran tim marketing PSS Sleman. Memang kalau dari segi pemasangan ad board di tepi lapangan, musim lalu, mencapai kurang lebih 25 sampai 30 ad board yang berhasil dijual ke pihak ketiga. Hasilnya memang lumayan tetapi akan lebih baik lagi jika tim marketing PSS Sleman di musim depan bisa mengerjakan juga beberapa sektor yang saya sebutkan tadi.
Jika berhasil mengerjakan sektor sektor tersebut, manajemen PSS Sleman tidak perlu khawatir tentang permasalahan dana. Berdasar apa yang terjadi di Villa 2000 FC, jika event pendukung itu bisa sukses dikerjakan, bisa membantu keuangan klub antara 20% sampai 30%. Manajemen tidak perlu merasa khawatir tentang kondisi keuangannya Bahkan mungkin bisa menyisihkan sebagian dari dana yang diperoleh tersebut untuk investasi di sektor pendukung yang lain seperti mengembangkan unit unit bisnis yang sudah ada saat ini (Elja_Ngangkring, PSS Store, Elja_Media,dll) atau berinvestasi membangun sebuah Akademi Sepakbola PSS Sleman. Untuk menggarap sektor sektor tadi tentu tidak terlalu sulit bagi tim marketing PSS Sleman. Ingat PSS Sleman sudah menjadi Brand di Sleman pada khususnya dan DI Jogjakarta pada umumnya. event pendukung seperti, Coaching klinik, seminar tentang sepkbola, penyelenggaraan turnamen futsal/sepakbola dan event lain yang berhubungan dengan PSS Sleman, akan memberikan beberapa nilai tambahan untuk perkembangan Brand PSS Sleman. Nama PSS Sleman akan semakin dikenal dan akrab ditelinga penggemar, masyarakat dan perusahaan baik tingkat lokal ataupun nasional. Apalagi tahun 2013 yang lalu PSS Sleman sudah berhasil mencetak prestasi menjadi juara Divisi Utama PT LPIS (Meskipun tidak diakui oleh PSSI) ini juga menjadi nilai lebih untuk menciptakan sebuah brand image yang baik di kalangan konsumennya. Tim marketing PSS Sleman tidak perlu khawatir event pendukung itu tidak ada peminatnya karena jangan lupa Masyarakat Sleman sangat royal dan antusias jika itu sudah berhubungan dengan PSS Sleman. Sayang apa yang terjadi di masyarakat ini masih belum sepenuhnya bisa menyentuh hati para pengusaha yang ada di Sleman untuk ikut menghidupi PSS Sleman. Saat awal musim inilah menjadi tugas tim marketing PSS Sleman untuk mengembangkan apa yang sudah diraih oleh Brand, PSS Sleman, selain mengembangkan, Tim marketing juga mempunyai tugas untuk menjaga Brand image ini tetap berada di alur bisnis yang sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh manajemen PT PSS. Saran, lakukan nego ulang untuk mempertahankan pihak sponsor yang pada musim lalu sudah merapat ke PSS Sleman dan lakukan pengajuan penawaran kepada perusahaan lain yang belum menjadi sponsor tapi bisa memberikan keuntungan secara bisnis kepada PSS Sleman. Musim ini Tim Marketing PSS Sleman punya 2 nilai tawar kepada pihak calon sponsor yang pertama adalah prestasi musim lalu dan musim depan berlaga di kompetisi yang berada dibawah pengelolaan PT Liga Indonesia yang tentunya mempunyai nilai lebih dimata sponsor dibandingkan dengan PT LPIS.
Terakhir pihak manajemenPT PSS juga perlu menyampaikan laporan keuangan kepada khalayak ramai agar akuntabilitas dan transparansi penggunaan keuangan lebih terjamin dan profesional. Dan jika perlu aliran keuangan PT PSS musim lalu juga dilakukan audit oleh lembaga audit keuangan yang kredibel. Dua langkah ini mutlak dilakukan untuk menjaga penggunaan keuangan PT PSS dan meningkatkan nila tawar PT PSS di mata calon sponsor. Jika keuangan dikelola secara transparan dan dilakukan audit secara profesional maka calon sponsor akan lebih percaya untuk menanamkan modalnya ke PT PSS.
Sekian sebuah coretan dari saya semoga bisa bermanfaat dan bisa menambah pemikiran bagi para pendukung PSS Sleman untuk memajukan dan mengembangkan PSS Sleman. Sebetulnya masih banyak lagi cara untujk mengembangkan brand image PSS Sleman ini, tinggal kemauan dari manajemen PT PSS mau dibawa kemana perjalanan profesionalisme Klub ini kedepan. Selamat pagi selamat beristirahat...
Salam Satu Hati....
Biancoverde Alee...
Pict by Mas Adjie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H