Bismillah,
Waktu penulis sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tanjung Baru kalau ujian sekolah SD negeri jalan kaki. Tidak jauh hanya 30 km. Begitu juga waktu SMP, jalan kaki. Mobil angkutan belum ada. Sepeda juga belum ada.
Bonceng dengan senior
Ada juga kesempatan bonceng dengan senior, kakak kelas yang punya sepeda. Tapi ini jarang. Karena kakak kelas juga ada bawaan berupa tas atau belanjaan dari kota.
Berjalan kaki enak
Berjalan kaki biasanya berbarengam dengan teman satu kampung. Sambil berjalan kita cerita itu, ini, cerita dari hulu ke hilir. Kebiasaan perlu waktu 5 sampai 6 jam dari Manna ke desa tanjung baru.
Demikian juga ketika pulang kampung dari Palembang melalui Tanjung Sakti sering jalan kaki. Dari Simpang tiga Tanjung Sakti berjalan kaki ke desa perlu waktu sekitar 9 jam. Jarak tempuh sekitar 50 km. Kenapa perlu waktu yang lama? Karena di jalan dari desa Bandar Agung Masat nyeberang pakai jembatan berayun, menyisir hutan dan sungai. Terkadang ketemu gajah, harimau, ular. Jadi berjalan kaki itu kondisinya menegangkan karena takut.
Begitulah nasib dan perjalanan hidup penulis. Tidak lama hanya 5 tahun. Dari masuk kuliah sampai tamat. Mengapa jalan kaki? Kareka kalau lewat bengkulu. Mabok. Perlu waktu 17 jam. Dalam waktu selama itu pasti memanggil wak wak (kakak bapak, istilah untuk mabuk kendaraan). Â Indah dikenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI