Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kala Itu Kami Menuai Padi dengan Ani-ani

2 Desember 2024   06:45 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:05 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Tak jelas kenapa tuai imtuk menuai padi itu disebut ani-ani. Di kampung kami Lubuk Langkap Suka Maju Air Nipis Bengkulu selatan tuai disebut tuai. Tak dikenal ani-ani. Sepanjang penulis tinggal di Lubuk Langkap hingga tahun 1984 kami hanya kenal memanen padi pakai tuai. Belakangan dikenal Power Tresher atau perontok padi dan combine harvester.

Gotong royong dan upahan

Kami di dusun Lubuk langkap kala itu menuai padi dengan ani-ani yang dilakukan dengan gotong royong. Ada yang upahan pada ayah ibu kami. Tapi sering juga ada yang upahan dengan upahnya dalam bentuk padi bukan uang. 

Kami murid Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tanjung baru membantu alias gotong royong menuai padi du sawah guru kami. Sawah guru kami yang kami bantu menuainya adalah sawah guru Berohan, sawah guru ngaji Zailan, guru kelas Wanit, guru Qadariyah, guru Wahin, guru Mir Ihsan dan lain-lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun