Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cinta Pertamaku Tumbuh di Lubuk Langkap Air Nipis, Bengkulu Selatan

3 Juli 2024   05:41 Diperbarui: 3 Juli 2024   05:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bismillah,

Kini penulis dan keluarga ada di rantau. Jauh jauh dari desa asal kami. Desa asal kami adalah Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan. Dulu termasuk dalam marga Seginim, lalu kecamatan seginim san terakhir kecamatan Air Nipis. Cinta pertana penulis ada atau bermula di desa terpencil ini.

Cinta pertama

Penulis memperoleh cinta pertama dari desa yang indah, kaya dan terpencil. Penulis mendapatkan pengajaran tentang cinta dari orangtua, kakek nenek, guru-guru, saudara, paman, bibi, tetangga. Penulis mendapat cinta kepada Allah dan rasulNya dari orangtua,  guru, kakek nenek. Penulis merasakan sedih dan senang melalui ujian sakit, kecelakaan, kematian keluarga dsb.

Penulis juga mulai jatuh cinta kepada lawan jenis juga sejak di desa. Tetapi tidak jatuh cinta kepada sesama jenis. Alhamdulillah.

Penulis mencintai kampung, negeri, negara, kawasan dll juga dimulai dari desa. Itu terbentuk dan timbul dari kekaguman kepada desa, kampung, negeri dan negara yang indah. Itu timbul melalui pendidikan, pergaulan, media sosial, media massa seperti radio, televisi  koran dll.

Cinta istri dan anak

Setelah penulis menikah kecintaan itu tak pudar. Cinta kepada Allah dan rasulNya tentu menjadi dasar kepada keluarga, desa, kampung, negeri dan negara. Penulis semakin kagum kepada yang menciptakannya semuanya. Hebat sekali Engkau ya Allah yang telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Kau ciptakan kami semua -ayah ibu, saudara, anak, cucu. Kau ciptakan semua rezeki kami, sarana prasana hidup kami. Kau ciptakan jodoh-jodoh kami semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun