Bismillah,
* "Rindu Kampung Halaman").*Â
Pernah karena sakit panas, waktu itu umurnya 4 th, kakak & ayuk ipar khawatir sehingga dibawa berobat ke rumah sakit dua kali. Â Setelah itu dibawa pulang ke *dusun* (sebutan kota tepat kelahiran, Kotaraja); tapi sesampainya di dusun tak terasa lagi demam.Â
Setelah ketemu ayah & saudara2nya, Eman me-lihat2 di sekitar karena merasakan ada yg kurang, ibunya. Tak lama setelah itu hadir wanita lain; ayahnya menikah lagi atas desakan uwak (saudara ibunya almarhumah).Â
Tapi Eman tak mengerti apa2; yg jelas, wanita yang dijumpainya sekarang bukan orang yang dirindukannya. Hingga menjelang kembali ke Kotabatu, Eman tdk pernah bicara apalagi ber-tanya2 kpd ayah & ayuk2nya perihal ibunya, hanya mereka yg sekali2 berkata. Akhirnya dia juga tahu kalau ibunya memang sdh tiada. Dia pun kembali pergi meninggalkan Kotaraja dengan membawa buah Harapan Hampa.Â
Tiga tahun lebih ikut bersama kakak di kota perantauan. Di sini banyak juga teman sepermainan; tapi dia masih ingat saja dengan teman2 di dusun yg meski hanya sekali2 ketemu waktu pulang, mereka sangat menyenangkan. Ini juga yg kemudian menyebabkan Eman kecil masih selalu Rindu Kampung Halaman.Â
Di Kotabatu, salah satu teman dekat rumahnya dijemput mobil angkutan TK tiap pagi. Kepingin rasanya seperti itu. Teman2nya di kota ini akhirnya tahu kalau suami-istri yg diikuti Eman adlh kakak & ayuk iparnya, bukan ibu-bapanya. Ini berpengaruh pada sikap mereka yg kurang baik terhadap Eman, sehingga Eman tak begitu bahagia hidup di rantauan yg menyebabkan dia selalu Rindu Kampung Halaman. (Bersambung ke Bag. 4).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H