Â
BIsmillah,
"Ditinggal Bunda setelah dipinta & dimanja".
Setelah kakak & adik suaminya membangun rumah baru, sorg ibu berumur 37 th kepingin bikin rumah baru juga selain rumah tua hibah dari mertuanya. Â Tapi suaminya (39 th) tidak mau; katanya "cukup rumah itu saja karena anak laki2 cuma satu". Â Padahal adiknya sendiri tidak punya anak laki2 sama sekali.
Ibu yg baru mau hamil itu lalu pergi bersama ayuknya (kakak perempuan) menemui seorang "Waliullah" di suatu desa utk minta dimohonkan kepad aYMK agar dia dikarunia bayi laki2.
Sembilan bulan kemudian Allah mengabulkan permintaannya utk dititipi sorg anak laki2. Â Stlh itu barulah suaminya tergerak utk membangun rumah baru di dekat adik & kakaknya. Â Stlh bayi laki2 berumur sekitar 2,5 th, mereka & 4 org anak2nya yg lain pindah ke rumah baru.
Tak lama kemudian anak laki2 tertua menikah dg pesta yg meriah. Â Si kecil yg berumur 3 th turut gembira lari ke sana kemari yg tak lepas dari pengawasan bunda tercinta; & si kecil yang lucu & manja ini jadi mainan org banyak. Â Sang ibu sangat sayang kepada "anak pinta-an" ini.
Namun tak lama dari kegembiraan itu, sang ibu jatuh sakit yg sempat dirawat di rumah sakit. Â Hari2 menjelang ajalnya dia mau pulang, rindu dg anak2nya terutama si laki2 kecil. Â Di rumah pada menit2 kepergiannya, sang ibu me-manggil2 nama putra kesayangannya: " Maan, Emaan ... " ; hingga dia menutup mata selamanya.
Peristiwa dramatis itu membuat rumah itu banjir air mata oleh sanak saudara yg sudah berkumpul. Â Tiga org uwak memeluk Eman sambil menangis; & Eman pun turut menangis meskipun dia tidak mengerti sama sekali dengan apa yg terjadi. Â Tangis Eman menambah suasana sedih.
Setelah ibunya meninggal, sampai 1 bulan Eman seperti men-cari2 ibunya tanpa berkata atau bertanya sama sekali. Â Kelincahan selama ini hilang; hanya sekali2 dia main kuda2an peninggalan ibunya.
Akhirnya dia diboyong anang dan kakak iparnya ke kota lain nan jauh di sana, meskipun Eman sendiri tidak mau meninggalkan rumahnya. Â Ini membuat dia semakin sunyi karena berpisah dengan kakak-kakak yamg juga menyayanginya.
Sambil melangkah ter-tatih2; Eman menoleh sekali2 ke belakang.  Kakal2nya melambaikan tangan mereka; Ayah masih tertegun berdiri di  tangga depan rumah; tapi masih tak kelihatan bunda.  Eman kecil kemudian berjalan pelan sambil menundukkan muka, *seakan-akan* hatinya berkata: "Selamat tinggal Ibu yang tak kulihat lambayan tanganmu; Selamat tinggal ayahku; Selamat tinggal kakak2ku; Selamat tinggal rumah & dusunku ... "
(Bersambung ke Bagian 2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H