Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematian Itu Mirip Pulang Kampung, Perlu Bekal yang Cukup

3 April 2021   05:41 Diperbarui: 3 April 2021   06:35 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika bekal cukup misalnya ada banyak uang yang sudah dikirim kepada orangtua kita, jika banyak harta di kampung yang ditanam melalui orangtua kita maka kita tidak akan malu pulang kampung. Kebanyakan kita malas ngirim orangtua uang, mengirim ala kadarnya, itu pun hanya kadang-kadang maka kita malu pulang kampung. Baca mengirim orangtua itu adalah untuk harta yang kita kirimkan di jalan Allah seperri zakat, infaq, wakaf, sedekah dll termasuk mengasihi orangtua dan kerabat, anak yatim, orang miskin dan lain-lain.

Jika bekal tak cukup maka kita malu, sungkan pulang kampung. Begitulah hidup ini. Kita biasanya sangat malas nengirimkan uang kita ke akhirat. Harta kita tumpuk. Tahta untuk menumpuk harta, untuk menyusahkan orang lain. Jadilah kita pribadi yang tidak dinanti-nanti kedatangannya di kampung. Ayah ibu kita tidak rindu, saudara tidak rindu, tetangga apalagi. Menyesal kita tidak pemurah sewaktu di rantau. Begitulah hidup ini. Jikakita penurah di rantau maka orang kampung akan menyambut kita dengan baik. Wallahualam.

Jayalah kita semua.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun