Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persiapan Kematian Dr Rusdi Damiri yang Matang: dari Perspektif Adik-adiknya (Part 2)

8 Februari 2021   07:28 Diperbarui: 8 Februari 2021   08:00 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Seorang dr Rusdi Damiri, SpOG akan lama bisa dilupakan oleh keluarganya. Melalui media sosial penulis mencoba merangkupi "ratapan" adik-adiknya. Mereka itu adalah Prof Dr Nuhayati Damiri, adiknya yang nomor tiga di bawah beliau, Hidayati Damiri, nomor dua dan Irma Febriani, adik yang nomor empat.

Penuturan Prof Nurhayati
Hari ini hari ketiga kepergianmu menghadap sang Khalik, Allah SWT, insha Allah kami ridho dan ikhlas karena memang semua titip Allah.  Semua yang hidup pasti akan mati.

Bila mengenang kakanda yang ganteng, ramah, baik hati, tegas dan shaleh ini sungguh air mata tetap mengalir deras termasuk saat ini. Betapa tidak, sejak almarhum ayanda kena serangan struk  kala itu aku duduk di SMA kelas 3, kakanda Rusdi adalah pengganti ayahanda dalam memtuskan segala hal penting.

Terkenang menjelang tamat SMA, beliau bertanya denganku mau lanjut ke mana, dan kujawab bahwa aku ingin masuk Fakultas Pertanian.

Kakanda menjawab boleh tapi aku harus rajin belajar, karena kita tidak ada tempat minta tolong selain Allah, bersamaan itu juga beliau mengatakan padaku' KAMU HARUS SEKOLAH TINGGI-TINGGI NUR'. Walaupun agak terkejut tapi kata ini kusimpan dalam hati ini.

Alhamdulillah setelah aku diterima di Fakultas Pertanian UNSRI,  kembali aku dipanggil beliau. Kali ini dia menasehatiku dan memintaku berjanji tidak ikutan di IMPALM, alasannya aku cewek dan harus pandai jaga diri.  Saat bersamaan kakakku no 2 yang saat itu sudah bekerja memberiku sejumlah uang untuk daftar ulang. Sungguh beruntung ke dua orang tuaku, mempunyai hanya 2 putra tetapi sangat akrab dan kompak dalam mengambil alih tugas ayah yang tidak dapat bekerja lagi.

Hal ke dua yang paling kuingat dari almarhum kakakku ini adalah saat dia pertama kali menggatikan ayah sebagai WALI NIKAHKU. Saat itu dia menangis dan mendoakanku.

Kenangan yang tersimpan baik juga, saat kami ziarah kubur ayahanda dan ibunda. Di pekuburan Kamboja Palembang  beliau memanggilku. Beliau bertanya mengenai karirku dan kujawab biasa saja. Tidak terduga bagiku, tiba-tiba dia berkata bahwa sebaiknya aku lebih rajin lagi karena dia ingin aku bisa meraih jabatan sebagai GURU BESAR,  sambil berkata "jangan hanya MENANTU ayah dan ibu daja yang professor.  Aku terdiam, terus terang saat itu aku belum berpikir ke arah situ. Namun aku berjanji dalam hati.

Alhamdulillah tahun 2014, apa yang beliau cita-citakan dapat kugapai. Kakanda ini adalah orang yang paling bahagia saat itu.  Kulihat betapa dia bangga dengan ku, namun tetap terus mengajak bersyukur dan mengutamakan Allah.  Masih banyak pelajaran yang bisa dipetik dari beliau. Kakanda Rusdi adalah sosok seorang yang hidupnya penuh dengan semangat, selalu positip terhadap apapun terjadi, sabar dan selalu tawaqal.

Aku kena marah

Saat aku dan suami ingin berwisata keInggeris pada April dan Mei 2019 dan sudah mendaftar ke travel perjalanan OTe Jakarta. Aku sudah mengajak saudara perempuanku Hidayati untuk ikut. Aku lupa memberitahu abangku itu. Dia marah padaku karena dia dan istrinya ingin juga. Disuruhnya istrinya kak Yurnelis untuk mendaftar melalui suamiku ke OTe Jakarta. Jadilah kami berangkat ke Inggeris bersama.

Penuturan Irma Febriani

Sang Motivator itu telah kembali. Namanya Rusdi namun ia selalu menyertakan nama ayahku di belakang namanya. Sehingga orang yg belum mengenal nya  terutama pasiennya  selalu memanggil namanya dengan nama ayahku. Sebagai anak bungsu dari 6 ( enam ) bersaudara dimana jarak kelahiran antara satu dan lainya cukup jauh berkisar 2 sd 7 tahun, membuat aku manusia termungil di rumah. Jarak antara aku dan kakak di atasku terpaut 7 ( tujuh) tahun.

Selisih yang jauh.Apalagi dengan kakak tertuaku terpaut 20 ( duapuluh) tahun dan dengan kakak pertama " laki" ku 17 thn. Otomatis ketika saya masih imut banget masih bayi merah mereka sdh dewasa. Anak laki- laki pertama di Sumatera adalah anak kebanggaan orang tuanya. Anak yg akan menjadi leader untuk adiknya. Anak yg akan memegang tongkat estafet kepemimpinan dalam guyub keluarga. Begitupun dengan kakak lanang pertamaku ini. Ayah mendidiknya dengan ketat untuk menjadi leader dalam keluarga kami kelak. Dan kamipun adik, dididik oleh orangtua kami untuk patuh dan hormat kepada kakak kami. 

Memegang amanah yg cukup berat, sosok Rusdi ( kakak lanang pertamaku ) tampil menjadi leader yg baik yang jadi kebanggaan kedua orangtua saya. Dianugerahi wajah tampan dan otak yg cerdas, kakak menempuh pendidikan dokter di kala itu. Apa yang ada dalam ingatan saya saat kecil dan cerita dari ibu saya ,  adalah beliau selalu membantu ibu saya sebelum berangkat sekokah atau kuliah, membereskan rumah dan melakukan pekerjaan rumah dan mengasuh adik utk meringankan beban ibu . Masih kuat dalam ingatan saya , sedari kecil , beliau suka mengendong saya mengajak saya bermain di kamarnya yang sangat rapi dan resik dan membiarkan saya bermain dengan buku tebal yg sangat berat untuk ukuran  tangan munggil saya. 

Sampai pada satu ketika, saat saya duduk di kelas 5 SD, ayah saya mendapatkan serangan jantung dan stroke pada tahun 1980, mengalami koma dan melewati perjalanan panjang untuk perawatan di Rumah Sakit Sejak itu, kehidupan kami berubah total.Tongkat kepemimpinan di ambil alih oleh anak lanang pertama.

Kehidupan ekonomi morat marit, sedangkan kami harus makan tetap sekolah dan kuliah. Jadilah ke dua kakak laki saya berjuang agar bisa survive dan kami, ke 3 adik kecilnya harus tetap sekolah sebagaimana amanah ibu dan bapak saya. Tongkat kepemimpinan di pegang kendali oleh anak lanang pertama. Ayah harus tetap berobat, kami harus tetap makan dan sekolah harus tetap nomor satu. Untuk menghidupi kami dan biaya berobat ayah, kakak ke 2 laki melamar bekerja di PT Pusri dan Alhamdulillah di terima bekerja dan di topang pula kakak perempuan pertama kami yg sdh menikah dan mandiri , bersama mereka menopang ekonomi keluarga  agar tetap berjalan dalam kesederhanaan dan keprihatinan.

Kakak lanang pertama yang masih menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran harus bisa membagi waktu sedemikian rupa kuliah dan menghidupi kami,  bersama kakak lanang ke 2 dan ayunda kami yang pertama. Jadilah mereka bertiga tiang penopang keluarga kami. Ibu kami ,wanita sederhana namun memiliki pikiran dan pandangan yang jauh ke depan, mengasuh dan mendidik kami dengan amat sangat baik, pendidikan agama nomor satu diiringi dengan pendidikan formal di sekolah. Apapun ibu dan kakak akan  usahakan selama kami masih memiliki semangat dan keinginan utk terus bersekolah setinggi -tinggi nya. 

Berbagai upaya di lakukan agar kami tetap survive dan tetap bisa sekolah, kakak lanang pertama kami menjadi  supir taxi bandara part timer  disela sela kuliahnya. Setelah selesai kuliah, ia akan membawa mobil sedan corolla milik kami ke Bandara  Sultan Mahmud Badaruddin untuk menunggu penumpang, sambil belajar tentunya. Buku2 kedokteran di tarok di taksi , sambil menunggu penumpang ia memanfaatkan  waktu utk belajar. Semua orang tau berkuliah di Fakultas Kedokteran itu bukan hal mudah, berat dengan segudang tugas yg seabrek abrek. Sungguh berat bebannya saat itu, menjadi supir taxi dan sekaligus mahasiswa fakultas kedokteran di jaman manual dan tradisional. 

Dimana akses ilmu pengetahuan sangat sulit dan terbatas. Namun tak pernah terdengar keluh , semua di jalani dengan ikhlas demikian cerita ibu saat itu. Dan satu hal yg masih terpatri dalam ingatan saya, ketika kanak2 saya sering menunggui kakak sholat.Kakak saya tidak pernah melalaikan sholatnya. Sepulang menjadi supir taxi, ia membawa buku tebal itu masuk kamar , mandi  dan sholat jika sudah masuk waktunya. Ibadah... Ya..ibadah..tak pernah ia lalaikan dalam keadaan capek sekalipun. Prinsip " dahulukan akhirat maka dunia akan mengikuti begitu ia pegang". Sungguh satu tauladan buat kami semua adik nya. Tiada waktu bersantai santai dan bersenda gurau membuang waktu , begitu yg beliau contohkan kepada kami adiknya. Jika kamu ingin sukses berusahalah krn masa depan mu ada di tangan mu bukan di tangan ayah dan ibu atau kakak, begitu ia tanamkan kepada kami adik nya. Dan kami adiknya mencontoh apa yg dilakukan oleh ke 3 kakak kami di atas. 

Bahu membahu saling support agar bisa sekolah dan berhasil mandiri tanpa membebani siapapun. Sy teringat ketika beliau tertawa tawa bahagia ketika tahu saya bisa lulus seleksi masuk sbg karyawan pada satu Instansi tanpa " backing dan sogokan 1 rupiah pun" Ternyata kamu bisa sehebat Anita Rachman katanya sambil tertawa tawa bercanda, membandingkan aku dengan penyiar dunia dalam berita di TVRI yg terkenal cerdas dan cantik yg menjadi idolanya. 

Masih terbayang wajahnya yg sumrigah ketika ibu saya mengatakan bhw saya akan segera berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan. Nanti , kalau kakak ada uang ,kakak mau buat syukuran untuk kamu katanya tanpa malu memperlihatkan rasa bahagianya ketika tahu adik bungsunya telah menapakkan kaki meniti masa depannya untuk mandiri. Iya Mandiri... Itulah yg ia tanamkan ke adik nya. Mandiri ...berusahalah mandiri , berdiri di atas kaki mu sendiri, jangan pernah berharap bantuan apapun pada siapapun termasuk pada kakak kandung mu sendiri.Mintalah kekuatan dan kemudahan pada Allah. Jangan pernah lalaikan solat dan berdoa pada Allah. Demikian teguhnya ia memegang penting nya sholat dan berpegang teguh pada tangan Allah, ia tdk pernah mau meninggalkan sholat sekalipun dalam keadaan sakit. 

Saya ingat saat pertama selesai operasi 3 thn lalu, ketika sudah bisa berjalan , ia tetap ke masjid  di RSCM menenteng nenteng botol infused nya . Beberapa kali bersinggungan pendapat dengan saya karna saya melarangnya ke masjid kala pandemi ini. Namun, ia tetap kekeuh dan teguh dengan pendapatnya.Ia tetap solat 5 waktu di masjid di dekat rumah. Demikian teguhnya ia , maka tugas rutinnya adalah membangunkan kami adiknya tiap pukul 03.00 melalui grup Whatsapp keluarga utk tahadjud. Beliau tdk pernah membiarkan kami cengeng dan mengeluh apapun cobaan yg kami hadapi. Kata tegas akan keluar dari mulutnya bila kami mulai melemah dan kendur semangatnya. 

Saat saya operasi kemarin, ia menunggui saya, membawa tas koper kecil dan akan membooking  hotel di dekat RS MMC utk berjaga bilamana operasi saya gagal atau ada kendala. Begitu ketatnya ia menjaga saya, sampai dokter yang akan memasangkan selang infused gemetar menghadapi nya. Namun ketika, aku selesai operasi dan mulai sadar dan tdk ada keluhan apapun, kata2 sakti utk tdk mudah mengeluh pun keluar dari mulut nya. " kakak pulang ya...operasi mu berhasil tdk ada gejala apapun.

Berdo' a minta kesembuhan pada Allah, jangan lupa sholat apapun kondisimu. Kamu baik saja...tegasnya " Aku pun mengangguk patuh...semua akan baik saja..demikian " penekanannya", jangan lupa sholat minta pertolongan pada Allah" _ kalimat tegas penuh pengingat pada saya Sayapun mengangguk patuh dan percaya bhw semua akan baik saja. Demikian besar pengaruhnya pada hidup saya. Waktu berlalu dan semua baik saja Sampai pada bulan Desember 2020, ia mengatakan bahwa ia akan menjual salah satu rumahnya di Palembang dan hasil penjualan rumah tersebut akan ia gunakan untuk pembangunan pesantren dan masjid. 

Semua baik saja dan lancar saja. Dengan semangat dan bahagianya ia menanda tangani surat jual beli salah satu rumah dan tanahnya.Ia bercerita ttg planning pembangunan pesantren tsb. Namun ternyata 2 minggu kemudian, takdir berkata lain, kondisi nya mulai drop. Tumor yang tumbuh di ususnya makin membesar dan mempengaruhi organ tubuh yg lain. Dokter mengatakan tidak dapat dioperasi jalan satu nya adalah di kemo. Sebelum berangkat ke rumah sakit, beliau bercerita bahwa seluruh proses penyerahan dana utk pesantrean sdh di laksanakan. 

Beliau berpamitan pada saya bahwa kepergiannya ke rumah sakit adalah akhir perjalanannya hidup di dunia. Aku tidak akan kembali lagi , aku pamit lanjutnya Akupun menjawab," tetap semangat... Ahh...jawabnya semangat?...Allah lebih besar cintanya dibandingkan cinta kalian pada ku. Aku tidak takut mati yang aku khawatir kan belum cukup amal ku utk kubawa bekal agar bisa masuk surga. Aku takut neraka.. Sungguh kalimat perpisahan itu menghujam hati saya yg terdalam... Kak...maaf kan aku ya...tutupku dan segera bangkit menghindar agar ia tak melihat tetesan airmata yg berderai derai . Aku maafkan kamu adikku dan aku ridho dunia akhirat ..jawabnya sendu. Setelah itu ..ia pun masuk rumah sakit..

Masih sempat ia bertemu suamiku dan kakakku , minta berfoto utk terakhir kalinya. Di dalam berfoto, ia tetap tesenyum seolah semua baik saja. Dalam keadaan sakit berat itupun, beliau tak pernah tinggal sholat barang sekejap.Sholat wajib, sholat sunnah pun tetap di jalan kan , mengaji dan zikir. Setelah 4  hari di rumah sakit kondisi makin drop sdh tidak ada lagi tindakan medis yg bisa di lakukan. 

Saat sadar ia minta di bersihkan badannya setelah itu , ia mulai masuk fase samnolen. Namun dalam keadaan Samnolen tetap merespon ketika di bisikkan utk melaksanakan solat.Saat itu anak mantu dan adik2nya solat berjamaah di dekatnya, saat imam menyebutkan Allahhu Akbar dengan jelas sy yang menunggui di dekatnya mendengar ia mengikuti bahkan menyebutkan kata Allahu Akbar. Masya Allah... Pada hari Jum'at kemarin, posisi beliau makin kritis Tekan Darah makin menurun, sepakat keluarga utk melepaskan semua alat penopang. Maka satu persatu alat penopang pun dihentikan, hanya oksigen yg tetap terpasang.Para dokterpun sdh menyampaikan bhw pasien sdh masuk dalam fase paliatif. Anaknya berkeliling  membimbing beliau dan kami adiknya bergantian membisikan kalimat talqin di telingganya dan selalu di respon dgn mengulang kalimat talqin dengan mudah lengkap dan lancar kalimat kalimat talqin yg dibisikkan Saya menangis , di satu sisi saya bahagia melihat nya dalam menghadapi sakratul maut tetap istiqomah menyebutkan zikir dan mengulang talqin yang diucapkan namun disisi  lain saya miris dengan diri saya pribadi Sanggup kah saya melakukan apa yang beliau lakukan saat sakratul maut nanti...?   Sanggup kan saya melapazkan zikir dari bibir saya saat kritis dan kehilangan kesadaran karena meregang maut...?? 

Sungguh..kau kakakku telah memberikan tauladan pada kami hingga akhir hayatmu. Sampai kala meregang nyawapun kau tetap memberikan contoh dan pengingat pada kami. Sekarang .. kau telah pergi , kakanda.. Saya telah kehilangan kakak, leader, motivator dan juga bapak pengganti. Semoga jalanmu menuju Jannahnya dimudahkan oleh Allah, semudah kau melafaz kan zikir terus menerus dari bibirmu , semudah kau ulangi talqin yang kami bisikan. Nasehatmu akan kami pegang teguh " kejar akhiratmu maka dunia akan mengikutimu" Jangan pernah tinggalkan solat, apapun kondisimu. Love u  brother, always and always. Ya Allah tempatkan kkd kami Rusdi Damiri di tempat yang mulia disisiMu. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahu, wa wassi' madkholahu, waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqihi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdilhu daaron khoirom min daarihi, wa ahlan khoirom min ahlihi, wa zawjan khoirom min zawjihi, wa adkhilkul jannata, wa a'idzhu min 'adzabil qobri wa 'adzabin naar." Jakarta ,06 February 2021 Dan aku kehilanganmu Irma Febriani Damiri

dokpri
dokpri

Kini kakanda sudah dipanggil Allah SWT, semoga semua yang baik-baik dalam hidup adinda ini menjadi amal jariahmu kakanda.  We love you so much kakanda. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu, aamiin yra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun