Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persiapan Kematian Dr Rusdi Damiri yang Matang: dari Perspektif Adik-adiknya (Part 2)

8 Februari 2021   07:28 Diperbarui: 8 Februari 2021   08:00 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih terbayang wajahnya yg sumrigah ketika ibu saya mengatakan bhw saya akan segera berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan. Nanti , kalau kakak ada uang ,kakak mau buat syukuran untuk kamu katanya tanpa malu memperlihatkan rasa bahagianya ketika tahu adik bungsunya telah menapakkan kaki meniti masa depannya untuk mandiri. Iya Mandiri... Itulah yg ia tanamkan ke adik nya. Mandiri ...berusahalah mandiri , berdiri di atas kaki mu sendiri, jangan pernah berharap bantuan apapun pada siapapun termasuk pada kakak kandung mu sendiri.Mintalah kekuatan dan kemudahan pada Allah. Jangan pernah lalaikan solat dan berdoa pada Allah. Demikian teguhnya ia memegang penting nya sholat dan berpegang teguh pada tangan Allah, ia tdk pernah mau meninggalkan sholat sekalipun dalam keadaan sakit. 

Saya ingat saat pertama selesai operasi 3 thn lalu, ketika sudah bisa berjalan , ia tetap ke masjid  di RSCM menenteng nenteng botol infused nya . Beberapa kali bersinggungan pendapat dengan saya karna saya melarangnya ke masjid kala pandemi ini. Namun, ia tetap kekeuh dan teguh dengan pendapatnya.Ia tetap solat 5 waktu di masjid di dekat rumah. Demikian teguhnya ia , maka tugas rutinnya adalah membangunkan kami adiknya tiap pukul 03.00 melalui grup Whatsapp keluarga utk tahadjud. Beliau tdk pernah membiarkan kami cengeng dan mengeluh apapun cobaan yg kami hadapi. Kata tegas akan keluar dari mulutnya bila kami mulai melemah dan kendur semangatnya. 

Saat saya operasi kemarin, ia menunggui saya, membawa tas koper kecil dan akan membooking  hotel di dekat RS MMC utk berjaga bilamana operasi saya gagal atau ada kendala. Begitu ketatnya ia menjaga saya, sampai dokter yang akan memasangkan selang infused gemetar menghadapi nya. Namun ketika, aku selesai operasi dan mulai sadar dan tdk ada keluhan apapun, kata2 sakti utk tdk mudah mengeluh pun keluar dari mulut nya. " kakak pulang ya...operasi mu berhasil tdk ada gejala apapun.

Berdo' a minta kesembuhan pada Allah, jangan lupa sholat apapun kondisimu. Kamu baik saja...tegasnya " Aku pun mengangguk patuh...semua akan baik saja..demikian " penekanannya", jangan lupa sholat minta pertolongan pada Allah" _ kalimat tegas penuh pengingat pada saya Sayapun mengangguk patuh dan percaya bhw semua akan baik saja. Demikian besar pengaruhnya pada hidup saya. Waktu berlalu dan semua baik saja Sampai pada bulan Desember 2020, ia mengatakan bahwa ia akan menjual salah satu rumahnya di Palembang dan hasil penjualan rumah tersebut akan ia gunakan untuk pembangunan pesantren dan masjid. 

Semua baik saja dan lancar saja. Dengan semangat dan bahagianya ia menanda tangani surat jual beli salah satu rumah dan tanahnya.Ia bercerita ttg planning pembangunan pesantren tsb. Namun ternyata 2 minggu kemudian, takdir berkata lain, kondisi nya mulai drop. Tumor yang tumbuh di ususnya makin membesar dan mempengaruhi organ tubuh yg lain. Dokter mengatakan tidak dapat dioperasi jalan satu nya adalah di kemo. Sebelum berangkat ke rumah sakit, beliau bercerita bahwa seluruh proses penyerahan dana utk pesantrean sdh di laksanakan. 

Beliau berpamitan pada saya bahwa kepergiannya ke rumah sakit adalah akhir perjalanannya hidup di dunia. Aku tidak akan kembali lagi , aku pamit lanjutnya Akupun menjawab," tetap semangat... Ahh...jawabnya semangat?...Allah lebih besar cintanya dibandingkan cinta kalian pada ku. Aku tidak takut mati yang aku khawatir kan belum cukup amal ku utk kubawa bekal agar bisa masuk surga. Aku takut neraka.. Sungguh kalimat perpisahan itu menghujam hati saya yg terdalam... Kak...maaf kan aku ya...tutupku dan segera bangkit menghindar agar ia tak melihat tetesan airmata yg berderai derai . Aku maafkan kamu adikku dan aku ridho dunia akhirat ..jawabnya sendu. Setelah itu ..ia pun masuk rumah sakit..

Masih sempat ia bertemu suamiku dan kakakku , minta berfoto utk terakhir kalinya. Di dalam berfoto, ia tetap tesenyum seolah semua baik saja. Dalam keadaan sakit berat itupun, beliau tak pernah tinggal sholat barang sekejap.Sholat wajib, sholat sunnah pun tetap di jalan kan , mengaji dan zikir. Setelah 4  hari di rumah sakit kondisi makin drop sdh tidak ada lagi tindakan medis yg bisa di lakukan. 

Saat sadar ia minta di bersihkan badannya setelah itu , ia mulai masuk fase samnolen. Namun dalam keadaan Samnolen tetap merespon ketika di bisikkan utk melaksanakan solat.Saat itu anak mantu dan adik2nya solat berjamaah di dekatnya, saat imam menyebutkan Allahhu Akbar dengan jelas sy yang menunggui di dekatnya mendengar ia mengikuti bahkan menyebutkan kata Allahu Akbar. Masya Allah... Pada hari Jum'at kemarin, posisi beliau makin kritis Tekan Darah makin menurun, sepakat keluarga utk melepaskan semua alat penopang. Maka satu persatu alat penopang pun dihentikan, hanya oksigen yg tetap terpasang.Para dokterpun sdh menyampaikan bhw pasien sdh masuk dalam fase paliatif. Anaknya berkeliling  membimbing beliau dan kami adiknya bergantian membisikan kalimat talqin di telingganya dan selalu di respon dgn mengulang kalimat talqin dengan mudah lengkap dan lancar kalimat kalimat talqin yg dibisikkan Saya menangis , di satu sisi saya bahagia melihat nya dalam menghadapi sakratul maut tetap istiqomah menyebutkan zikir dan mengulang talqin yang diucapkan namun disisi  lain saya miris dengan diri saya pribadi Sanggup kah saya melakukan apa yang beliau lakukan saat sakratul maut nanti...?   Sanggup kan saya melapazkan zikir dari bibir saya saat kritis dan kehilangan kesadaran karena meregang maut...?? 

Sungguh..kau kakakku telah memberikan tauladan pada kami hingga akhir hayatmu. Sampai kala meregang nyawapun kau tetap memberikan contoh dan pengingat pada kami. Sekarang .. kau telah pergi , kakanda.. Saya telah kehilangan kakak, leader, motivator dan juga bapak pengganti. Semoga jalanmu menuju Jannahnya dimudahkan oleh Allah, semudah kau melafaz kan zikir terus menerus dari bibirmu , semudah kau ulangi talqin yang kami bisikan. Nasehatmu akan kami pegang teguh " kejar akhiratmu maka dunia akan mengikutimu" Jangan pernah tinggalkan solat, apapun kondisimu. Love u  brother, always and always. Ya Allah tempatkan kkd kami Rusdi Damiri di tempat yang mulia disisiMu. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahu, wa wassi' madkholahu, waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqihi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdilhu daaron khoirom min daarihi, wa ahlan khoirom min ahlihi, wa zawjan khoirom min zawjihi, wa adkhilkul jannata, wa a'idzhu min 'adzabil qobri wa 'adzabin naar." Jakarta ,06 February 2021 Dan aku kehilanganmu Irma Febriani Damiri

dokpri
dokpri

Kini kakanda sudah dipanggil Allah SWT, semoga semua yang baik-baik dalam hidup adinda ini menjadi amal jariahmu kakanda.  We love you so much kakanda. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu, aamiin yra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun