Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persiapan Kematian Dr Rusdi Damiri yang Matang: dari Perspektif Adik-adiknya (Part 2)

8 Februari 2021   07:28 Diperbarui: 8 Februari 2021   08:00 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat aku dan suami ingin berwisata keInggeris pada April dan Mei 2019 dan sudah mendaftar ke travel perjalanan OTe Jakarta. Aku sudah mengajak saudara perempuanku Hidayati untuk ikut. Aku lupa memberitahu abangku itu. Dia marah padaku karena dia dan istrinya ingin juga. Disuruhnya istrinya kak Yurnelis untuk mendaftar melalui suamiku ke OTe Jakarta. Jadilah kami berangkat ke Inggeris bersama.

Penuturan Irma Febriani

Sang Motivator itu telah kembali. Namanya Rusdi namun ia selalu menyertakan nama ayahku di belakang namanya. Sehingga orang yg belum mengenal nya  terutama pasiennya  selalu memanggil namanya dengan nama ayahku. Sebagai anak bungsu dari 6 ( enam ) bersaudara dimana jarak kelahiran antara satu dan lainya cukup jauh berkisar 2 sd 7 tahun, membuat aku manusia termungil di rumah. Jarak antara aku dan kakak di atasku terpaut 7 ( tujuh) tahun.

Selisih yang jauh.Apalagi dengan kakak tertuaku terpaut 20 ( duapuluh) tahun dan dengan kakak pertama " laki" ku 17 thn. Otomatis ketika saya masih imut banget masih bayi merah mereka sdh dewasa. Anak laki- laki pertama di Sumatera adalah anak kebanggaan orang tuanya. Anak yg akan menjadi leader untuk adiknya. Anak yg akan memegang tongkat estafet kepemimpinan dalam guyub keluarga. Begitupun dengan kakak lanang pertamaku ini. Ayah mendidiknya dengan ketat untuk menjadi leader dalam keluarga kami kelak. Dan kamipun adik, dididik oleh orangtua kami untuk patuh dan hormat kepada kakak kami. 

Memegang amanah yg cukup berat, sosok Rusdi ( kakak lanang pertamaku ) tampil menjadi leader yg baik yang jadi kebanggaan kedua orangtua saya. Dianugerahi wajah tampan dan otak yg cerdas, kakak menempuh pendidikan dokter di kala itu. Apa yang ada dalam ingatan saya saat kecil dan cerita dari ibu saya ,  adalah beliau selalu membantu ibu saya sebelum berangkat sekokah atau kuliah, membereskan rumah dan melakukan pekerjaan rumah dan mengasuh adik utk meringankan beban ibu . Masih kuat dalam ingatan saya , sedari kecil , beliau suka mengendong saya mengajak saya bermain di kamarnya yang sangat rapi dan resik dan membiarkan saya bermain dengan buku tebal yg sangat berat untuk ukuran  tangan munggil saya. 

Sampai pada satu ketika, saat saya duduk di kelas 5 SD, ayah saya mendapatkan serangan jantung dan stroke pada tahun 1980, mengalami koma dan melewati perjalanan panjang untuk perawatan di Rumah Sakit Sejak itu, kehidupan kami berubah total.Tongkat kepemimpinan di ambil alih oleh anak lanang pertama.

Kehidupan ekonomi morat marit, sedangkan kami harus makan tetap sekolah dan kuliah. Jadilah ke dua kakak laki saya berjuang agar bisa survive dan kami, ke 3 adik kecilnya harus tetap sekolah sebagaimana amanah ibu dan bapak saya. Tongkat kepemimpinan di pegang kendali oleh anak lanang pertama. Ayah harus tetap berobat, kami harus tetap makan dan sekolah harus tetap nomor satu. Untuk menghidupi kami dan biaya berobat ayah, kakak ke 2 laki melamar bekerja di PT Pusri dan Alhamdulillah di terima bekerja dan di topang pula kakak perempuan pertama kami yg sdh menikah dan mandiri , bersama mereka menopang ekonomi keluarga  agar tetap berjalan dalam kesederhanaan dan keprihatinan.

Kakak lanang pertama yang masih menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran harus bisa membagi waktu sedemikian rupa kuliah dan menghidupi kami,  bersama kakak lanang ke 2 dan ayunda kami yang pertama. Jadilah mereka bertiga tiang penopang keluarga kami. Ibu kami ,wanita sederhana namun memiliki pikiran dan pandangan yang jauh ke depan, mengasuh dan mendidik kami dengan amat sangat baik, pendidikan agama nomor satu diiringi dengan pendidikan formal di sekolah. Apapun ibu dan kakak akan  usahakan selama kami masih memiliki semangat dan keinginan utk terus bersekolah setinggi -tinggi nya. 

Berbagai upaya di lakukan agar kami tetap survive dan tetap bisa sekolah, kakak lanang pertama kami menjadi  supir taxi bandara part timer  disela sela kuliahnya. Setelah selesai kuliah, ia akan membawa mobil sedan corolla milik kami ke Bandara  Sultan Mahmud Badaruddin untuk menunggu penumpang, sambil belajar tentunya. Buku2 kedokteran di tarok di taksi , sambil menunggu penumpang ia memanfaatkan  waktu utk belajar. Semua orang tau berkuliah di Fakultas Kedokteran itu bukan hal mudah, berat dengan segudang tugas yg seabrek abrek. Sungguh berat bebannya saat itu, menjadi supir taxi dan sekaligus mahasiswa fakultas kedokteran di jaman manual dan tradisional. 

Dimana akses ilmu pengetahuan sangat sulit dan terbatas. Namun tak pernah terdengar keluh , semua di jalani dengan ikhlas demikian cerita ibu saat itu. Dan satu hal yg masih terpatri dalam ingatan saya, ketika kanak2 saya sering menunggui kakak sholat.Kakak saya tidak pernah melalaikan sholatnya. Sepulang menjadi supir taxi, ia membawa buku tebal itu masuk kamar , mandi  dan sholat jika sudah masuk waktunya. Ibadah... Ya..ibadah..tak pernah ia lalaikan dalam keadaan capek sekalipun. Prinsip " dahulukan akhirat maka dunia akan mengikuti begitu ia pegang". Sungguh satu tauladan buat kami semua adik nya. Tiada waktu bersantai santai dan bersenda gurau membuang waktu , begitu yg beliau contohkan kepada kami adiknya. Jika kamu ingin sukses berusahalah krn masa depan mu ada di tangan mu bukan di tangan ayah dan ibu atau kakak, begitu ia tanamkan kepada kami adik nya. Dan kami adiknya mencontoh apa yg dilakukan oleh ke 3 kakak kami di atas. 

Bahu membahu saling support agar bisa sekolah dan berhasil mandiri tanpa membebani siapapun. Sy teringat ketika beliau tertawa tawa bahagia ketika tahu saya bisa lulus seleksi masuk sbg karyawan pada satu Instansi tanpa " backing dan sogokan 1 rupiah pun" Ternyata kamu bisa sehebat Anita Rachman katanya sambil tertawa tawa bercanda, membandingkan aku dengan penyiar dunia dalam berita di TVRI yg terkenal cerdas dan cantik yg menjadi idolanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun